Selasa, 14 Juni 2011

siapakah aku yg sejati

Judul tulisan ini mungkin bisa dianggap lucu dan tidak terlalu serius , tetapi sebenarnya dalam belajarmengenali diri sendiri adalah bagian dari proses menemukan Aku Sejati (jati diri yang sesungguhnya). Selain itu mengenali diri sendiri juga seharusnya merupakan tahap awal dari proses Siu Sing Yang Sin (revisi jiwa dan raga), karena tanpa mengenali diri sendiri berarti kita tidak mengetahui apa dan bagaimana diri kita ini, lalu apa yang mau direvisi supaya lebih baik?

Apakah Aku Sejati Itu?

Menurut saya, aku sejati adalah jati diri kita (berupa eksistensi) yang sesungguhnya yang ada dahulu, sekarang dan yang akan datang. Setiap orang memiliki jati diri yang mempunyai keunikannya masing- masing. Kata "keunikan" ini sengaja dipakai untuk menggantikan kata "kelebihan dan kekurangan" agar kita tidak terjebak dalam pandangan untuk saling membandingkan. Keunikan jati diri masing-masing ini adalah merupakan hasil dari proses-proses terdahulunya dan merupakan awal dari proses kedepan yang juga tidak perlu dibandingkan dan dinilai berlebihan, akan tetapi haruslah dipahami dan disadari sepenuhnya.

Justru Siu Tao ( ) itu tujuan pokoknya adalah untuk meningkatkan kualitas dari "Aku Sejati" kita masing-masing. Maka alangkah ironisnya jika kita Siu Tao ( ), tetapi tidak tahu dulu apa dan bagaimana "Aku Sejati" kita masing-masing ?!?

Bagi seorang yang praktis dan simpel, apalagi yang sudah memiliki dasar-dasar pengertian mengenai konsep Tao yang relatif cukup kuat memang akan lebih mudah menangkap pengertian dan mencernanya sehingga dapat membayangkan dan mempersepsikan apakah AKU SEJATI itu.

Tetapi tentunya wajar dan sangat manusiawi jika seorang yang belum mengerti menjadi semakin bingung dan tidak mengerti apa dan bagaimanakah AKU SEJATI itu sebenarnya, apalagi jika dalam pembahasan dan penjelasan-penjelasannya banyak menggunakan bahasa dan istilah-istilah yang cenderung membingungkan . Contohnya ada Nyawa, Roh, Jiwa, Sukma, Hati, Hati Nurani, Kesadaran, Bawah Sadar, Mental, Aku Sejati, Yensen, Linghuen, Sin, Sing dan lain-lainnya.

Pada dasarnya pemikiran pokok dalam penulisan ini bukanlah mau membahas dan memperdebatkan semua istilah dan kata-kata diatas. Adapun saya lebih cenderung untuk mengajak pembaca berpikiran praktis dan simpel dalam permasalahan merevisi diri dengan titik tolak pengenalan diri (katakanlah "Aku Sejati") yang lebih dipandang dari sudut psikologi modern yaitu dengan mengenal kepribadian diri kita masing-masing untuk kemudian melangkah kedalam suatu usaha pengontrolan dan perbaikan kepribadian kearah yang lebih positif.

Hal ini menurut saya mungkin lebih relevan, jelas dan lebih bermanfaat sebelum kita berbicara terlalu jauh dalam keabstrakan yang sangat dalam.

Secara singkat dapat saya utarakan bahwa hal - hal yang harus dapat kita kenali dari diri kita adalah sebagai berikut:

* Sifat - sifat dan karakter

Setiap orang pasti membawa sifat-sifat dan karakternya sendiri-sendiri, setiap orang walaupun bisa saja ada kemiripan tapi tidak pernah ada yang sama persis dalam hal ini.

Menurut saya sebenarnya sifat-sifat dan karakter dalam diri seseorang ini tidak ada batasan "baik-buruknya" karena bagaikan "rasa dan aroma dalam setiap masakan saja", hanya saja kalau banyak orang yang dapat menerima dan menyenangi maka dianggap "baik" sedangkan kalau banyak orang tidak dapat menerima dan tidak suka maka dinilai "tidak baik". Tentu pada akhirnya mau tidak mau harus "ada penilaian", yang mana sebagai kaum Siu Tao ( ) kitapun tidak bisa terlepas dan sudah sewajarnya berusaha mengejar nilai-nilai berlaku yang baik.

* Hasrat dan keinginan

Setiap orang pasti memiliki hasrat dan keinginannya masing-masing, yang biasanya adalah merupakan refleksi dari sebuah bentuk ideal / cita-cita yang awalnya bersumber dari ego. Dalam bentuk yang paling sederhana dan murni bisa disimpulkan bahwa ego semua manusia itu pada dasarnya adalah "baik" karena secara alamiah bersumber dari "survival spirit" (naluri mempertahankan hidup). Sehingga setiap manusia selalu bermotivasi untuk mempertahankan hidupnya serta terus mengembangkan hidup ke kondisi yang semakin baik dan jauh dari resiko - resiko kesusahan baik secara fisik maupun mental.

Nah, karena begitu kompleknya keadaan yang ada maka akhirnya latar belakang dan kesempatan yang ada pada seseorang akan berbeda dengan orang lainnya. Hal ini pulalah yang kemudian harus bisa juga dipahami dan disadari sehingga kita bisa benar-benar menyatu dengan hasrat dan keinginan kita sesuai kealamiahannya masing-masing (hasrat dan keinginan ini saya anggap sebagai suatu daya pendorong gerak yang sangat murni dan tulus). Tetapi tentunya keadaan sosial tetap harus dijadikan rambu-rambu keseimbangan geraknya.

* Kemampuan

Penguasaan terhadap suatu hal yang merupakan ciri khas seseorang yang dimiliki dan didapat secara dan dalam kealamiahannya masing - masing, haruslah terus digali dan dikembangkan serta dipergunakan secara positif demi kepentingan kebaikan yang semakin luas semakin baik. Dalam hal ini yang namanya kemampuan itu, normalnya memang akan selalu terasa kurang bagi semuanya, karena adanya kondisi persaingan yang semakin mengetat.

Oleh karena itu jika bisa mengenal kemampuan diri maka secara lebih gampang pula kita dapat terus mengembangkannya sehingga mencapai suatu level yang relatif tinggi. Biasanya kemampuan seseorang itu berupa wawasan, pengetahuan, kepandaian dan keahlian, yang merupakan hasil dari perpaduan antara intelegensi dan emosi melalui proses belajar (baik sekolah maupun otodidak) serta pengalaman-pengalaman sepanjang hidupnya.

Dari sini, maka kita dapat disimpulkan bahwa "belajar" dan "berlatih" adalah dua hal pokok yang sangat berperan dalam usaha meningkatkan kemampuan diri.

* Ketidakmampuan & keterbatasan

Diluar kemampuan yang ada, maka adalah hal yang alami pula bahwa setiap insan didunia ini selalu diliputi juga oleh ketidakmampuan dan keterbatasan (sengaja penulis tidak menggunakan kata "kelemahan" untuk memberikan nuansa optimisme).

Adapun merupakan hal yang juga tidak kalah pentingnya dalam proses pengenalan diri kita masing-masing untuk justru lebih mengenal ketidakmampuan dan keterbatasan yang ada dengan motif untuk memperbaiki dan merubahnya sebisa mungkin sehingga menjadi faktor yang bahkan dapat diandalkan. Dalam masalah ini memang kemauan dan usaha keras secara konsisten mutlak diperlukan , karena biasanya untuk dapat bisa "mengakui" bahwa kita mempunyai ketidakmampuan dan keterbatasan saja sudah sangat sulit (karena harus melawan ego dan kesombongan kita) apalagi untuk merubahnya.

Modal dasar utama yang diperlukan untuk mengatasi hal ini adalah kejujuran dan keterbukaan. Akan tetapi dilain sisi, jangan pula kita sampai terjerumus dan terseret arus pola berpikir pesimis yang akhirnya justru membesar-besarkan faktor ketidakmampuan dan keterbatasan yang ada menjadi senjata dan alasan untuk meng "cover" semua hal dalam kehidupan ini yang memang sulit dan berat bagi siapapun.

* Latar belakang

Latar belakang bisa dianggap sebagai akar dari semua perkembangan yang timbul dan ada sekarang ini bagi siapapun juga. Walau kita pada akhirnya memang tidak perlu mempermasalahkan tapi bisa memahami latar belakang dari diri kita sedikit banyak dapat berguna untuk mengetahui siapa dan bagaimana diri kita yang sesungguhnya.

Oleh karena itu pula dalam metode-metode pengembangan kepribadian yang paling modern sekalipun, pemanfaatan latar belakang diri seseorang sebagai alat refleksi diri untuk membangkitkan pemicu semangat kearah yang lebih efektif masih sangat ampuh dan bermanfaat. Didalam hal ini kita sebagai seorang insan Tao modern yang proaktif tentunya diharapkan juga dapat memahami dan menyadari hal tersebut, sehingga dapat memandang diri sekarang ini secara komprehensif sebagai suatu hasil dari proses-proses terdahulu yang berkesinambungan untuk dijadikan landasan kearah depan yang lebih baik dan semakin baik.


Bagi sebagian orang mengenali diri sendiri mungkin adalah masalah yang mudah tapi umumnya sebagian besar orang menganggap adalah masalah yang sukar dan sulit. Secara pribadi saya sendiri berpendapat bahwa mengatasi proses pengenalan diri sendiri ini memang bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah dan gampang. Permasalahan utama yang sering timbul dan menghambat kita untuk dapat mengenali diri kita ini adalah kemampuan diri untuk berdiri secara "jujur, obyektif dan adil" dalam memberikan pandangan terhadap diri sendiri.

Nah, dalam kenyataannya memang hal inilah yang justru jarang bisa dilakukan oleh setiap orang . Akhirnya proses mengenali diri sendiri ini memang akan menjadi sangat sulit dan membingungkan karena faktor ketidak jujuran, ketidak obyektifan dan ketidak adilan dalam memandang diri itu sendirilah yang harus bisa disadari dan diperbaiki (revisi).

Aku Sejati

 



Apakah Aku Sejati Itu?
Menurut saya, aku sejati adalah jati diri kita (berupa eksistensi) yang sesungguhnya yang ada dahulu, sekarang dan yang akan datang. Setiap orang memiliki jati diri yang mempunyai keunikannya masing- masing. Kata “keunikan” ini sengaja dipakai untuk menggantikan kata “kelebihan dan kekurangan” agar kita tidak terjebak dalam pandangan untuk saling membandingkan. Keunikan jati diri masing-masing ini adalah merupakan hasil dari proses-proses terdahulunya dan merupakan awal dari proses kedepan yang juga tidak perlu dibandingkan dan dinilai berlebihan, akan tetapi haruslah dipahami dan disadari sepenuhnya.
Justru Siu Tao ( ) itu tujuan pokoknya adalah untuk meningkatkan kualitas dari “Aku Sejati” kita masing-masing. Maka alangkah ironisnya jika kita Siu Tao ( ), tetapi tidak tahu dulu apa dan bagaimana “Aku Sejati” kita masing-masing ?!?
Bagi seorang yang praktis dan simpel, apalagi yang sudah memiliki dasar-dasar pengertian mengenai konsep Tao yang relatif cukup kuat memang akan lebih mudah menangkap pengertian dan mencernanya sehingga dapat membayangkan dan mempersepsikan apakah AKU SEJATI itu.

Tetapi tentunya wajar dan sangat manusiawi jika seorang yang belum mengerti menjadi semakin bingung dan tidak mengerti apa dan bagaimanakah AKU SEJATI itu sebenarnya, apalagi jika dalam pembahasan dan penjelasan-penjelasannya banyak menggunakan bahasa dan istilah-istilah yang cenderung membingungkan . Contohnya ada Nyawa, Roh, Jiwa, Sukma, Hati, Hati Nurani, Kesadaran, Bawah Sadar, Mental, Aku Sejati, Yensen, Linghuen, Sin, Sing dan lain-lainnya.
Pada dasarnya pemikiran pokok dalam penulisan ini bukanlah mau membahas dan memperdebatkan semua istilah dan kata-kata diatas. Adapun saya lebih cenderung untuk mengajak pembaca berpikiran praktis dan simpel dalam permasalahan merevisi diri dengan titik tolak pengenalan diri (katakanlah “Aku Sejati”) yang lebih dipandang dari sudut psikologi modern yaitu dengan mengenal kepribadian diri kita masing-masing untuk kemudian melangkah kedalam suatu usaha pengontrolan dan perbaikan kepribadian kearah yang lebih positif.
Hal ini menurut saya mungkin lebih relevan, jelas dan lebih bermanfaat sebelum kita berbicara terlalu jauh dalam keabstrakan yang sangat dalam.
Secara singkat dapat saya utarakan bahwa hal – hal yang harus dapat kita kenali dari diri kita adalah sebagai berikut:
Sifat – sifat dan karakter
Setiap orang pasti membawa sifat-sifat dan karakternya sendiri-sendiri, setiap orang walaupun bisa saja ada kemiripan tapi tidak pernah ada yang sama persis dalam hal ini.
Menurut saya sebenarnya sifat-sifat dan karakter dalam diri seseorang ini tidak ada batasan “baik-buruknya” karena bagaikan “rasa dan aroma dalam setiap masakan saja”, hanya saja kalau banyak orang yang dapat menerima dan menyenangi maka dianggap “baik” sedangkan kalau banyak orang tidak dapat menerima dan tidak suka maka dinilai “tidak baik”. Tentu pada akhirnya mau tidak mau harus “ada penilaian”, yang mana sebagai kaum Siu Tao ( ) kitapun tidak bisa terlepas dan sudah sewajarnya berusaha mengejar nilai-nilai berlaku yang baik.
Hasrat dan keinginan
Setiap orang pasti memiliki hasrat dan keinginannya masing-masing, yang biasanya adalah merupakan refleksi dari sebuah bentuk ideal / cita-cita yang awalnya bersumber dari ego. Dalam bentuk yang paling sederhana dan murni bisa disimpulkan bahwa ego semua manusia itu pada dasarnya adalah “baik” karena secara alamiah bersumber dari “survival spirit” (naluri mempertahankan hidup). Sehingga setiap manusia selalu bermotivasi untuk mempertahankan hidupnya serta terus mengembangkan hidup ke kondisi yang semakin baik dan jauh dari resiko – resiko kesusahan baik secara fisik maupun mental.
Nah, karena begitu kompleknya keadaan yang ada maka akhirnya latar belakang dan kesempatan yang ada pada seseorang akan berbeda dengan orang lainnya. Hal ini pulalah yang kemudian harus bisa juga dipahami dan disadari sehingga kita bisa benar-benar menyatu dengan hasrat dan keinginan kita sesuai kealamiahannya masing-masing (hasrat dan keinginan ini saya anggap sebagai suatu daya pendorong gerak yang sangat murni dan tulus). Tetapi tentunya keadaan sosial tetap harus dijadikan rambu-rambu keseimbangan geraknya.
Kemampuan
Penguasaan terhadap suatu hal yang merupakan ciri khas seseorang yang dimiliki dan didapat secara dan dalam kealamiahannya masing – masing, haruslah terus digali dan dikembangkan serta dipergunakan secara positif demi kepentingan kebaikan yang semakin luas semakin baik. Dalam hal ini yang namanya kemampuan itu, normalnya memang akan selalu terasa kurang bagi semuanya, karena adanya kondisi persaingan yang semakin mengetat.
Oleh karena itu jika bisa mengenal kemampuan diri maka secara lebih gampang pula kita dapat terus mengembangkannya sehingga mencapai suatu level yang relatif tinggi. Biasanya kemampuan seseorang itu berupa wawasan, pengetahuan, kepandaian dan keahlian, yang merupakan hasil dari perpaduan antara intelegensi dan emosi melalui proses belajar (baik sekolah maupun otodidak) serta pengalaman-pengalaman sepanjang hidupnya.
Dari sini, maka kita dapat disimpulkan bahwa “belajar” dan “berlatih” adalah dua hal pokok yang sangat berperan dalam usaha meningkatkan kemampuan diri.
Ketidakmampuan & keterbatasan
Diluar kemampuan yang ada, maka adalah hal yang alami pula bahwa setiap insan didunia ini selalu diliputi juga oleh ketidakmampuan dan keterbatasan (sengaja penulis tidak menggunakan kata “kelemahan” untuk memberikan nuansa optimisme).
Adapun merupakan hal yang juga tidak kalah pentingnya dalam proses pengenalan diri kita masing-masing untuk justru lebih mengenal ketidakmampuan dan keterbatasan yang ada dengan motif untuk memperbaiki dan merubahnya sebisa mungkin sehingga menjadi faktor yang bahkan dapat diandalkan. Dalam masalah ini memang kemauan dan usaha keras secara konsisten mutlak diperlukan , karena biasanya untuk dapat bisa “mengakui” bahwa kita mempunyai ketidakmampuan dan keterbatasan saja sudah sangat sulit (karena harus melawan ego dan kesombongan kita) apalagi untuk merubahnya.
Modal dasar utama yang diperlukan untuk mengatasi hal ini adalah kejujuran dan keterbukaan. Akan tetapi dilain sisi, jangan pula kita sampai terjerumus dan terseret arus pola berpikir pesimis yang akhirnya justru membesar-besarkan faktor ketidakmampuan dan keterbatasan yang ada menjadi senjata dan alasan untuk meng “cover” semua hal dalam kehidupan ini yang memang sulit dan berat bagi siapapun.
Latar belakang
Latar belakang bisa dianggap sebagai akar dari semua perkembangan yang timbul dan ada sekarang ini bagi siapapun juga. Walau kita pada akhirnya memang tidak perlu mempermasalahkan tapi bisa memahami latar belakang dari diri kita sedikit banyak dapat berguna untuk mengetahui siapa dan bagaimana diri kita yang sesungguhnya.
Oleh karena itu pula dalam metode-metode pengembangan kepribadian yang paling modern sekalipun, pemanfaatan latar belakang diri seseorang sebagai alat refleksi diri untuk membangkitkan pemicu semangat kearah yang lebih efektif masih sangat ampuh dan bermanfaat. Didalam hal ini kita sebagai seorang insan Tao modern yang proaktif tentunya diharapkan juga dapat memahami dan menyadari hal tersebut, sehingga dapat memandang diri sekarang ini secara komprehensif sebagai suatu hasil dari proses-proses terdahulu yang berkesinambungan untuk dijadikan landasan kearah depan yang lebih baik dan semakin baik.
Bagi sebagian orang mengenali diri sendiri mungkin adalah masalah yang mudah tapi umumnya sebagian besar orang menganggap adalah masalah yang sukar dan sulit. Secara pribadi saya sendiri berpendapat bahwa mengatasi proses pengenalan diri sendiri ini memang bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah dan gampang. Permasalahan utama yang sering timbul dan menghambat kita untuk dapat mengenali diri kita ini adalah kemampuan diri untuk berdiri secara “jujur, obyektif dan adil” dalam memberikan pandangan terhadap diri sendiri.
Nah, dalam kenyataannya memang hal inilah yang justru jarang bisa dilakukan oleh setiap orang . Akhirnya proses mengenali diri sendiri ini memang akan menjadi sangat sulit dan membingungkan karena faktor ketidak jujuran, ketidak obyektifan dan ketidak adilan dalam memandang diri itu sendirilah yang harus bisa disadari dan diperbaiki (revisi)

siu tao

Belajar Tao / Siu Tao ( ), memang bukan merupakan suatu masalah yang mudah, begitu banyak pengertian yang harus diserap, namun lebih penting lagi yaitu begitu banyak pengeritan itu yang harus dijalani. Tanpa melaksanakan pengertian-pengertian yang baik itu, merupakan suatu yang sia-sia. Sering kali terjadi, setelah sekian lama kita merasakan dan menikmati semerbak harumnya, barulah kita menyadari dan mengerti akan keagungan dan kemuliaannya secara lebih mendalam.
Tao () dengan kekuatannya tidak terlihat dan tidak terasa telah mengubah sifat manusia, Tao menghendaki umatnya berlatih diri, mengenal diri, dan selalu mawas diri. Menjadikan umat manusia mau meninggalkan yang kurang baik, serta memupuk budi luhur masing-masing.
Proses ini mungkin amat sulit untuk diikuti perkembangannya, bahkan harus melalui hari-hari yang panjang dalam kehidupan ini, serta membutuhkan keyakinan yang tebal serta keuletan yang tinggi. Kalau tidak, pasti akan gagal ditengah jalan. Untuk menuju sukses masih jauh sekali jarak yang harus kita tempuh.
Jadi secara garis besar Inti Sari Siu Tao ( ) adalah merevisi diri, menghilangkan kelemahan-kelemahan diri kita, serta memupuk sifat-sifat mulia.
Objek Siu Tao adalah “Diri kita masing-masing”, bukan orang lain.
Manusia merupakan makhluk hidup yang “Unik”, mempunyai perbedaan-perbedaan yang begitu kompleks, yang seringkali bahkan diri sendiri pun sulit untuk memahami. Namun secara umum, ada beberapa sifat-sifat yang telah diketahui oleh manusia, sehingga kita masih dapat menyimpulkan sifat mana yang harus dikikis, dan sifat mana yang harus dipupuk, sesuai dengan ajaran Tao, seperti yang dijelaskan di atas.
Beberapa sifat yang harus dikikis dari kehidupan kita:
Kesombongan
Apabila kita mempunyai “kelebihan” dibandingkan orang lain, merupakan suatu hal yang wajar apabila kita merasa bangga, namun antara bangga dan sombong seringkali hanya dibatasi oleh benang tipis. Di dalam kitab suci Dai Sang Law Cin mengatakan : Membanggakan diri sering datangkan rugi, merendahkan diri tak hilang apapun sejari, Kalau pandai jangan menonjolkan diri, yang pandai berilmu tinggi biasanya seperti terendah tak kuat berdiri. Membanggakan diri yang berlebihan (sombong), hanya akan memuaskan ambisi kita, namun tidak menambah apapun dalam diri kita.
Dendam
Di dalam perjalanan hidup manusia, ada pepatah yang mengatakan banyak manusia, menimbulkan banyak masalah. Di sini jelaslah bahwa di dalam hidup bermasyarakat, akan banyak timbul gesekan-gesekan dengan orang lain. Bagaimanakah seharusnya kita sebagai seorang umat Tao dalam menghadapi masalah ini? Setiap masalah yang timbul, seharusnya diselesaikan secara bijaksana, mengikuti peraturan dan kesepakatan di dalam masyarakat. Dengan demikian permasalahan diharapkan bisa diselesaikan dengan baik. Apabila di dalam hati kita selalu timbul rasa dendam, maka persoalan akan “tidak pernah selesai”, dan selalu menjadi ganjalan di dalam hati, maka hati kita pun tidak pernah “tentram dan tenang”. Apalagi bila hal ini dihubungkan dengan kenyataan bahwa orang Tao mempunyai Fak, makin tinggi Tao seseorang, maka makin tinggi pula Fak nya. Kalau masih mempunyai rasa dendam, mana mungkin Tao nya bisa tinggi?
Egois
Di dalam Dai Sang Law Cin Cen Cing mengatakan : Menolong orang lain, haruslah menolong diri sendiri dahulu.
Ini bukan berarti mengajarkan kita untuk hanya mementingkan diri sendiri (Egois). Sebenarnya berapa banyak yang dapat kita nikmati sendiri? Makan tiga kali sehari, berganti baju dua kali sehari, tidur tujuh jam sehari, apakah itu tidak cukup bagi kita? Mengapa kita tidak menyisihkan waktu dan kemampuan serta kelebihan harta kita bagi orang lain? Bagi keluarga kita, bagi saudara kita, dan bagi masyarakat luas.
Kecemasan yang berlebihan
Suatu hal yang wajar manusia mempunyai rasa cemas, begitu banyak hal yang tidak kita ketahui, cemas terhadap keadaan keluarga kita, kesehatan kita, pekerjaan kita, dan banyak lagi kecemasan-kecemasan lainnya. Namun apakah hanya dengan kecemasan saja semuanya akan berubah? Di dalam Dai Sang Law Cin Cen Cing berkata : Hidup selalu banyak rintangan, Dapat berpikir adalah bawaan manusia, Bebas duniawi berarti sudah habis nyawanya, Mengerti Tao buah pikiran terbuka, Buanglah kecemasan dan nyanyilah lagu-lagu Tao, Siu Tao hingga dapat berdialog dengan Dewa-Dewa, Dewa-Dewa tentu lebih perhatian pada kita. Sedang di dalam Fuk Tek Cen Shen Cen Cing mengatakan: Fuk Yu Thien Sang Lai, Tek Yu Shin Cong Jie (Rejeki diberi oleh Tuhan, Moral timbulnya dari sanubari).
Disini jelaslah bahwa hanya dengan Siu Tao (menjalankan ajaran Tao), banyak berbuat kebajikan, mempunyai moral yang tinggi, berusaha dan berpikir untuk mengatasi rintangan hidup, maka secara nyata kehidupan kita selalu akan dilindungi, kalau demikian, mengapa masih selalu merasa cemas?
Tentu saja masih ada sifat-sifat lainnya yang harus dikikis, tapi akan kita bicarakan pada lain kesempatan.
Sekarang kita membicarakan beberapa sifat yang harus dipupuk di dalam kehidupan kita:
Welas Asih
Sudah sama-sama kita mengerti dan ketahui bahwa: Dai Sang Cui Yu Jing (Dai Sang Law Cin sangat Welas Asih), kita sebagai umatnya tentu harus mengerti hal ini, harusnya kita jadikan teladan di dalam hidup kita. Welas asih adalah sifat yang sangat mulia, selalu berbuat demi meringankan penderitaan umat manusia.
Lapang dada
Di dalam Tao Tek Cing ciptaan Law Ce, menyebutkan yang kira-kira artinya demikian: Manusia bijak seperti air danau yang dalam, begitu tenang dan bening, seolah apapun yang dilemparkan ke danau itu, tertelan begitu saja, airnya tetap tenang dan jernih. Justru karena ia bisa menerima apa yang tidak bisa diterima orang lain, menunjukkan ketinggian Tao-nya. Ini menunjukkan manusia seharusnya bisa lapang dada, bisa menerima hal-hal yang mungkin menyakitkan (Kritik, saran, salah paham, dll), dengan begitu maka Tao-nya akan menjadi lebih tinggi.
Kejujuran
Meskipun ajaran Tao mengharuskan kita fleksibel, tapi bukan berarti kita harus mengorbankan kejujuran. Kitab Suci Erl Lang Shen mengatakan: Tao timbul dari arus kejujuran yang agung dan mulia. Dari alamiah, asal alamiah, menuntun umat manusia ke jalan yang benar di dunia. Mungkin kita bisa membohongi orang lain, namun kita tidak dapat mengingkari hati nurani kita. Dan itu tidak sesuai dengan ajaran Tao.
Demikian yang ingin saya sampaikan pada hari ini, mudah-mudahan bisa bermanfaat bagi perjalanan Siu Tao kita.
Cerita ilustrasi:
Zhang Liang menunjukkan rasa hormat kepada seorang Tua dan mendapatkan sebuah buku pegangan yang luar biasa.
Zhang Liang adalah seorang pintar yang rendah hati, dan sopan santun, ayahnya adalah seorang Perdana Menteri negara Han, di daerah yang sekarang disebut Korea.
Ketika Qin menghancurkan Han, ia melarikan diri, dan berencana untuk kembali meneruskan negara Han. Pada suatu hari, setelah belajar, ia beristirahat dan menyusuri sebuah aliran sungai, tibalah ia pada sebuah jembatan yang di atasnya sedang duduk seorang tua, pada saat ia sudah dekat, orang tua itu menjatuhkan sepatunya ke tepi sungai, dan dengan seenaknya ia menyuruh Zhang Liang mengambilkan sepatunya.
Meskipun ia merasa dongkol, namun ia merasa ia harus menghormati orang yang lebih tua, maka ia mengambilkan sepatu itu. Setelah sepatu itu ia serahkan, orang tua itu bahkan menyuruhnya memakaikan sepatu itu, tapi ia tetap dapat mengendalikan emosinya, dan berpikir bahwa ia telah mengambilkan sepatunya, apa salahnya ia memakaikannya? Kemudian orang tua itu pergi sambil berkata: kamu sangat menghargaiku, kembalilah lima hari lagi, temui saya pagi-pagi di sini.
Lima hari lagi Zhang Liang datang ke jembatan itu, tapi orang tua itu sudah duduk di sana, lalu ia berkata, kamu terlambat, datanglah lima hari lagi, karena saya telah menunggumu lama sekali.
Lima hari kemudian, Zhang Liang kembali ke tempat itu lebih pagi, namun kembali orang tua itu telah duduk di sana, lagi-lagi orang tua itu berkata: kamu terlambat, datanglah lima hari lagi.
Maka lima hari kemudian, tengah malam Zhang Liang tidak tidur, ia langsung ke jembatan itu, langit masih gelap dan dingin, ia berhasil datang lebih dulu daripada orang tua itu. Orang tua itu kemudian memberinya sebuah buku strategi perang yang telah lama hilang, dan berkata pada Zhang Liang, bahwa ia akan mencapai sukses hidup dengan buku itu. Setelah mempelajari buku itu, suatu hari kemudian Zhang Liang menjadi menteri pendiri dinasti Han, dan sangat terkenal dengan taktik perangnya.
Ilustrarsi cerita ini memberikan kepada kita suatu makna:
Bahwa dengan kecerdasan, kerendahan hati, sopan santun, dan lapang dada, Zhang Liang mendapatkan Jalan untuk mencapai cita-citanya.

Cerita kedua :
Cai Yong menerima Wang Can dengan memakai sepatu terbalik
Cai Yong, penulis dan sarjana yang sangat ternama, menjabat sebagai pejabat tinggi selama pemerintahan kaisar Han Xian pada periode Tiga Kerajaan.
Dia sangat mengagumi Wang Can, seorang muda berbakat yang sering ia dengar namanya disebut orang.
Wang Can adalah seorang yang mempunyai kemampuan berbahasa yang luar biasa, dengan kata-katanya ia banyak menolong orang lain, misalnya merukunkan keluarga yang terpecah, dll. Suatu hari Cai Yong mengundang Wang Can untuk suatu resepsi, dan pada saat Wang Can tiba, disana telah banyak tamu, setelah tahu Wang Can tiba, dengan tergesa-gesa Cai Yong menyambutnya dengan memakai sepatunya secara terbalik.
Para tamu yang lain menjadi heran, dan berpikir bahwa tamu yang disambut pasti bukanlah orang sembarangan. Tapi menjadi bingung ketika melihat yang disambut adalah seorang muda dengan penampilan yang sangat sederhana. Bahkan mulai sinis, karena Cai Yong adalah pejabat tinggi, mengapa begitu menaruh hormat pada Wang Can?
Namun setelah mengetahui bahwa Wang Can memang seorang yang rendah hati dan mempunyai pengetahuan yang luas, mereka tidak lagi menyalahkan Cai Yong yang salah memakai sepatunya, bahkan menghargai betapa Cai Yong memperlakukan tamunya dengan hormat.
Makna cerita :
Seseorang dinilai dari kepribadiannya dan kemampuannya, bukan dari penampilan luarnya.

Duan Wu Jie



Duan Wu Jie adalah festival dirayakan secara luas di antara orang Cina, untuk membayar menghormati penyair patriotik, Qu Yuan (dibaca sebagai Chue Yuan). Legenda itu melibatkan perang melawan takhta-sangat panjang dan rumit dan sejarah politik. Tetapi untuk membuat cerita panjang pendek: Qu Yuan adalah seorang menteri penting kembali Chu Kerajaan di Cina kuno. Dia telah dikenal karena kesetiaannya untuk kaisar Chu, dan sangat mencintai negaranya. Namun, Mulia tidak mengambil nasihat Qu Yuan serius, dan ia akhirnya membuat dirinya sendiri terjebak dan ditangkap di negeri asing oleh musuh-musuhnya, yang kemudian mengakibatkan kematian sendiri.

Sedih dan marah pada rusak, sekarat Kerajaan, Qu Yuan mengikat dirinya untuk sebuah batu besar dan melemparkan dirinya ke Sungai PUO Luo. Orang-orang kemudian membuat kue nasi yang dibungkus daun bambu dan melemparkan mereka ke sungai. Mereka percaya ini akan berhenti makan ikan dari tubuh Qu Yuan. Beberapa bahkan akan baris bawah sungai di atas perahu, memukul genderang dan berteriak keras-keras dengan harapan untuk menakut-nakuti ikan yang jauh (diyakini bahwa itu adalah bagaimana Perahu Naga acara berkaitan dengan festival.

Sejak itu, hari 5 bulan 5 dalam kalender Cina telah ditetapkan sebagai Festival Duan Wu untuk mengingat peristiwa itu. Meskipun ada versi legenda dan kisah-kisah yang menunjukkan Duan Wu telah ada jauh sebelum kematian Qu Yuan, tradisi masih menjalankan.

Menyembah patung BUDDHA, samakah dengan menyembah BERHALA..?


<Teman2 sedharma.., kali ini ‘The Best Little Chi Kung’ pengen sharing dengan teman2 semuanya tentang segala hal yang berkaitan dengan dharma dan juga lika-liku atau suka-cita di dalam jalan pembinaan diri ini…
so.., bagi teman2 yang memiliki pendapat / pandangan laen dapat mendiskusikannya dengan kami.. hehe

Sebagai manusia biasa tentu saja kami tidak luput dari kesalahan..
jadi jika ada tulisan kami yang salah mohon koreksinya..
terima kasih yah… :)

pada kesempatan kali ini, kita akan saling sharing mengenai pandangan orang laen yang kerap kali memandang kita umat Buddha sebagai penyembah berhala… T.T
Duh…, sakit hati juga dituduh ygn gak2… T.T
Tapi benarkah umat Buddha menyembah Berhala..????
Memang tak dapat dipungkiri bahwa ada begitu byknya cerita2 tak sedap mengenai umat Buddha yang selalu menggunakan rupang Buddha untuk beribadah…
mereka kerap kali mengatakan, “kamu di vihara sembah patung khan.., masa’ sih kamu menyembah berhala..???”
Sebuah pertanyaan ringan tuk diucapkan tapi sangat memiris hati yang mendengarnya…
Kalau pada saat itu pemahaman kita terhadap Dharma ataupun keyakinan kita yang masih kurang.., maka bukan hal yang tidak mungkin kita sendiri akan perlahan2 atau bahkan banting setir berpaling dari ajaran para Buddha..
Inilah mungkin salah satu alasan mengapa umat Buddha kian hari kian berkurang pengikutnya… karena PEMAHAMAN dan KEYAKINAN yang masih minim…

lalu bagaimana cara kita menanggapi keadaan seperti itu..?
Apakah kita harus melawan..??? Perang…??? berdebat dengan mereka…???
atau bahkan sampai memusuhi teman kita..???

jawabnya adalah… NO..NO.. NO…
jujur aja sebagai manusia biasa kita pasti akan merasa kesal atau marah ketika dituding dengan ‘hinaan’ seperti itu…
Tapi perlu kita ketahui bersama.., bahwa semua ajaran para Buddha adalah berdasarkan pada welas asih dan juga perdamaian..

Jadi ketika kita ngambek sewaktu diomongin gitu, yang menjadi pertanyaan adalah…. dimanakah jiwa Buddhist kita..? sampai dimanakah taraf pembinaan diri (XIU DAO) kita..?
seperti kita ketahui bersama, yang namanya BERHALA tuh adalah sebuah benda (batu, pohon, patung, dll) yang memiliki kekuatan magis..
jadi ketika kita menyembah ‘benda’ tersebut untuk mendapatkan sesuatu, maka keinginan kita pasti dikabulkan..

misalnya: Anda menyembah ‘benda’ dengan tujuan mendapatkan duit USD 1.000.000 tanpa perlu melakukan apapun. Dan seketika itu pula anda mendapatkan nilai tersebut…!!!!
Begitulah kira2 cara yg paling simple tuk mendefinisikan kata ‘berhala’.. ^^

Lalu bagaimana dengan patung BUDDHA..?
Apakah hanya dengan bersembah sujud kepada patung (rupang) para BUDDHA (TANPA melakukan apapun juga) untuk mendapatkan ’sesuatu’ misalnya HARTA (sesuatu yang terlihat), kita pasti akan mendapatkan keinginan kita..???
Jawabnya adalah TIDAK.

Lalu mengapa kita menyembah patung Buddha..?
Sebagai catatan kecil aja sebelum hou xie sharing pandangan, yaitu bahwa para BUDDHA sudah sangat MULIA di alam sana. Para Buddha tidak pernah menuntut kita untuk menyembah mereka. Tetapi kitalah sebagai umat Buddha yang karena rasa CINTA (Ai) dan juga SYUKUR (Gan En) sehingga rela untuk memuja mereka. Tanpa sembah sujud dari kita sekalipun, KEMULIAAN dari para BUDDHA tidak akan pernah berkurang.

hx ingin mengajak teman2 semua untuk merenungi hal berikut..

pernahkah kita memikirkan, mengapa sebuah negara begitu menghormati bendera mereka..? Sebuah negara bahkan rela untuk berperang ketika bendera mereka dilecehkan oleh negara lain.
di Indonesia, semasa kita masih duduk dibangku SD hingga SMU, setiap hari senin pagi selalu diadakan upacara bendera..
pada saat bendera ‘merah-putih’ dikibarkan, semua anak harus memberi hormat.

pemandangan seperti ini bukan hanya dilakukan oleh para anak sekolahan saja, tetapi semua golongan dari yang rendah hingga yang paling tinggi.
Pernahkah kita merenungi, “GILA yah…, semua orang begitu menghormati selembar kain yang berwarna merah putih..” why..?
Walaupun mungkin Anda membeli kain tersebut di pasar murah lalu kemudian menjahit sendiri menjadi selembar kain berwarna merah dan putih, dijamin semua orang pasti akan menghormat ketika kain itu dikibarkan di suatu tempat upacara… :)

Lalu yang menjadi pertanyaan adalah, mengapa kita (sebagai bangsa Indonesia) begitu menghormati bendera merah putih..?
Jawabnya adalah karena bendera merah putih adalah perlambang kemerdekaan bangsa Indonesia.. (due.., patriotis sekali yah… hahaha).
Begitu pula dengan rupang para Buddha memiliki perlambang masing2..
Tapi yang paling utama adalah perlambang dari segala kebajikan
(contoh: WELAS ASIH).
Alasan kita bersembah sujud adalah karena kita menghormati segala kebajikan yang telah mereka lakukan dan berusaha untuk mengikuti jejak  dan semangat mereka.

Alasan  yang laen mengapa rakyat Indonesia begitu menghormati bendera merah putih adalah karena bendera merah putih telah melalui sejarah perjuangan yang sangat panjang dr rakyat indonesia…
Di dalam bendera merah putih terkandung suatu semangat patriotisme, curahan air mata kebahagiaan akan kemerdekaan, tumpahan darah para pejuang, harapan rakyat, dll……

Begitupula dengan para Buddha..
Semasa mereka masih hidup, entah berapa banyak kebaikan dan kebajikan yang telah mereka lakukan..
Entah telah berapa banyak umat manusia yang mereka tolong..
Entah berapa banyak umat manusia yang tertolong melalui Dharma yang mereka sebarkan dengan penuh cinta kasih….
Entah akan ada berapa banyak umat manusia lagi yang akan tertolong di masa depan melalui Dharma-Dharma Buddha yang tak pernah lekang oleh waktu…

entah berapa banyak leluhur kita yang pada masa lalu telah ditolong ataupun dilindungi oleh para Buddha baik secara langsung maupun melalui Dharma - Dharma…
entah sudah berapa kali kehidupan dari kita yang telah diselamatkan oleh para Buddha baik secara langsung maupun melalui Dharma Buddha..
entah akan berapa kali anak cucu kita dilindungi oleh para Buddha dan tertolong melalui dharma-dharma Buddha..
Sebagai manusia yang memiliki hati nurani, dapatkah kita melupakan segala kebaikan itu…?
Jadi, salah satu alasan utama mengapa kita bersembah sujud kepada para Buddha adalah karena rasa syukur (Gan En) kita atas segala perlindungan, pertolongan dan juga kebaikan yang telah mereka berikan kepada kita baik pada kehidupan lalu, kehidupan sekarang maupun pada kehidupan yang akan datang…
Bukan hanya itu, kita juga bersyukur atas segala perlindungan, pertolongan maupun segala kebaikan yang telah mereka berikan kepada leluhur kita dan juga kepada orang-orang yang kita sayangi (keluarga, anak, cucu, teman,dll).

Pembuat Kendi dan Pengrajin Emas


Bertahun-tahun yang lampau di salah sebuah kota , tinggal seorang pengrajin emas dan seorang pembuat kendi. Perajin emas itu seorang materialis dan pecinta harta. Oleh sebab itu, dia senantiasa berusaha dengan segala cara untuk mendapatkan harta dan kekayaan. Semua orang tahu bahwa dia tidak mengindahkan kejujuran.  Sebaliknya, pembuat kendi adalah seorang yang saleh dan pekerja keras. Dia dicintai oleh masyarakat. Setiap orang yang memiliki problema akan datang meminta bantuannya.
Si pengrajin emas berfikir, mengapa warga kota begitu menyintai pembuat kendi, padahal dia tidak memiliki harta benda. Menurutnya, cinta dan kasih sayang bisa diperoleh lewat tipu daya dan makar. Karena itu timbul rasa dengki si pengrajin emas terhadap pembuat kendi.  
Pada suatu satu hari, sewaktu petugas kota mengejar pencuri di pasar, si pengrajin emas melihat bahwa saat itu adalah momen yang tepat untuk menuntaskan dendamnya terhadap pembuat kendi. Oleh sebab itu, dia menunjuk si pembuat kendi dan berbohong dengan mengatakan: Saya melihat pencuri masuk ke rumah lelaki ini.  Petugas dengan segera memasuki rumah pembuat kendi dan ketika dia tidak menemukan tanda-tanda adanya pencuri, ia menyeret paksa pembuat kendi ke penguasa dan memintanya untuk menyerahkan si pencuri. Pembuat kendi bersumpah bahwa dia tidak mengetahui apa-apa. Tapi ada daya, ia tetap dijebloskan ke penjara. Selang beberapa hari kemudian, pencuri tersebut tertangkap dan sekaligus membuktikan bahwa pembuat kendi tidak bersalah. Diapun dibebaskan. Sebaliknya, pengrajin emas yang berbohong mendapatkan ganjaran yang setimpal dengan perbuatannya.  
Setelah peristiwa itu, si pengrajin emas itu bukan hanya tidak menyesal atas tindakannya, tetapi malah semakin dibakar oleh api kedengkian terhadap pembuat kendi. Apalagi, dia menyaksikan bahwa si pembuat kendi semakin dicintai oleh masyarakat.
Dengki dan hasrat sedemikian membakar jiwa dan hatinya sehingga dia mengambil keputusan yang berbahaya. Dia menyediakan racun dan memperalat seorang anak muda bodoh untuk meracun pembuat kendi dengan mengupahnya seratus keping emas. Hari yang ditetapkan pun tiba. Perajin emas menanti suara jerit tangis dari rumah pembuat kendi. Tetapi hal itu tidak terjadi. Sebaliknya pembuat kendi kelihatan sehat dan segar bugar seperti biasa.
 Pengrajin emas merasa heran dan dengan segera dia mencari anak muda itu dan menyelidiki apa yang terjadi. Sadarlah dia bahwa bukan hanya si pembuat kendi itu tidak diracun, tetapi anak muda tersebut malah lari dari kota membawa seratus keping emas pemberiaannya.  Ketika perajin emas ini mendengar berita itu, dia merasa sangat sedih. Begitu sedihnya sampai ia jatuh sakit.  Tidak ada dokter yang bisa mengobatinya. Ya, karena memang tidak ada obat yang bisa menyembuhkan api dendam dan kedengkian. Lelaki pengrajin emas telah kehilangan segala-galanya dan dunia menjadi gelap baginya. Hal ini menyebabkan isteri dan anak-anaknya meninggalkannya.
Berita kesendirian pengrajin emas yang sakit itu diketahui oleh tetangganya, si pembuat kendi yang baik hati. Dia berpikir, inilah waktunya untuk pergi mengunjungi pengrajin emas. Dia menyediakan makanan yang enak dan membawanya ke rumah perajin emas.  Pengrajin emas, tidak dapat berkata apa-apa ketika melihat pembuat kendi. Pembuat kendi duduk di sisinya dan dengan lemah lembut menanyakan keadaan dirinya dan berkata: Aku datang karena memenuhi hakmu sebagai tetanggaku.
Pengrajin emas menundukkan kepalanya karena malu. Pembuat kendi melanjutkan:  Aku mengetahui segala apa yang berlaku pada masa lalu. Anak muda itu satu hari datang kepadaku dan memberitahu apa yang terjadi dan menyarankan supaya aku meninggalkan kota ini karena sudah tentu nyawa aku akan tidak selamat dari mu. Tetapi oleh karena aku berharap kepada rahmat dan karunia Tuhan, setiap hari aku berdoa untuk mu semoga dirimu dibebaskan dari rasa dengki dan iri terhadapku.  
Kata-kata pembuat kendi menyebabkan pengrajin emas itu menangis. Pembuat kendi memegang tangan tetangganya dan berkata, “Sahabatku, ketahuilah bahawa kedengkian laksana api yang membakar dan orang yang mula-mula dibakarnya adalah diri insan itu sendiri. Alangkah baiknya jika dalam masa yang pendek dan singkat di kehidupan dunia ini, kita saling kasih mengasihi sehingga kita meninggalkan nama yang baik.
Tahukah engkau apakah rahasia kebaikanku di tengah masyarakat? Untuk mengetahui rahasia ini, aku ingin menyajikan sebuah kisah untuk mu. Pengrajin emas memasang telinganya untuk mendengar kisah tersebut dan dalam keadaan tersenyum yang tersungging di bibirnya, dengan penuh perhatian dia mendengarkan apa yang akan disampaikan oleh pembuat kendi. Si pembuat kendi berkata; Pada suatu hari seorang bijak berkata kepada salah seorang sahabatnya bernama Acong yang begitu sedih memikirkan segala yang muncul dari sifat dengki pada dirinya. Beliau berkata:  “Wahai Acong, apakah salahnya jika engkau menganggap orang lain sama seperti saudara dan keluargamu sendiri, orang yang tua sebagai bapakmu, anak-anak sebagai anakmu dan orang yang sebayamu seperti saudaramu sendiri. Ketika dalam keadaan begini, bagaimana mungkin engkau berbuat zalim kepada orang lain? Janganlah engkau lupa pada hal ini bahwa orang lebih menyayangi siapa yang berbuat baik kepada orang lain. Jika metode yang begini engku teruskan dalam hidupmu, dunia akan menjadi tempat yang membahagiakanmu dan engkau akan mempunyai banyak kawan.
  Kata-kata pembuat kendi itu sampai disini. Pengrajin emas berpikir jauh dan lahirlah rasa penyesalan di wajahnya. Dengan suara yang bergetar, dia meminta maaf atas segala yang terjadi di masa lalu. Kepada Tuhan dia berjanji bahwa selepas ini dia akan menggantikan rasa dengki yang memenuhi hatinya dengan kasih sayang dan persahabatan kepada orang lain.

Betapa bahagianya memiliki seorang IBU di dunia ini

Sebuah Kisah Mengharukan yang amat sangat berarti.


Terima kasih bagi yang bersedia membacanya.. ^^
Alkisah, ada sepasang kekasih yang saling mencintai. Sang pria berasal dari keluarga kaya, dan merupakan orang yang terpandang di kota tersebut.
Sedangkan sang wanita adalah seorang yatim piatu, hidup serba kekurangan, tetapi cantik, lemah lembut, dan baik hati. Kelebihan inilah yang membuat sang pria jatuh hati.. T.T

Karena jalinan kasih yang sangat dalam, tak terduga sang wanita hamil di luar nikah. Mengetahui hal ini, sang pria lalu mengajaknya menikah, dan kemudian membawa sang wanita ke rumahnya untuk dipertemukan dengan orang tua dari sang pria. Seperti yang sudah mereka duga, orang tua sang pria tidak menyukai wanita tsb.
Ini dikarenakan keluarga dari pihak pria adalah orang yang cukup terpandang di kota tsb, sehingga dikhawatirkan latar belakang wanita tsb akan merusak reputasi keluarga. Sebaliknya, mereka bahkan telah mencarikan jodoh yang sepadan untuk anaknya. Tetapi sang pria terus berusaha menyakinkan orang tuanya, bahwa ia sudah menetapkan keputusannya, apapun resikonya bagi dia.
Sang wanita merasa tak berdaya melihat pertengkaran antara orang tua dan anak, dan memilih untuk mengalah. Tetapi sang pria menyakinkan wanita tsb bahwa tidak ada yang bisa memisahkan mereka. Sang pria terus berargumen dengan orang tuanya, membantah perkataan orangtuanya, sesuatu yang belum pernah dilakukannya selama hidupnya (di zaman dulu, umumnya seorang anak sangat tunduk pada orang tuanya).
Sebulan telah berlalu, sang pria gagal untuk membujuk orang tuanya agar menerima calon istrinya. Sang orang tua stress karena gagal membujuk anak satu-satunya, agar berpisah dengan wanita tsb, yang menurut mereka akan sangat merugikan masa depannya. Lalu akhirnya sang pria  menetapkan pilihan untuk kawin lari. Ia memutuskan  untuk meninggalkan semuanya demi sang kekasih.
Waktu keberangkatan pun ditetapkan, tetapi rupanya rencana ini diketahui oleh orang tua sang pria. Maka ketika saatnya tiba, sang ortu mengunci anaknya di dalam kamar dan dijaga ketat oleh para bawahan di rumahnya yang besar. Sebagai gantinya, kedua orang tua datang ke tempat yang telah ditentukan sepasang kekasih tsb untuk melarikan diri.
Sang wanita sangat terkejut dengan kedatangan ayah dan ibu sang pria… Mereka kemudian memohon pengertian dari sang wanita, agar meninggalkan anak mereka satu-satunya. Menurut mereka, dengan perbedaan status sosial yang sangat besar, perkawinan mereka hanya akan menjadi gunjingan seluruh penduduk kota, reputasi anaknya akan tercemar, orang2 tidak akan menghormatinya lagi. Akibatnya, bisnis yang akan diwariskan kepada anak mereka akan bangkrut secara perlahan2. Mereka bahkan memberikan uang dalam jumlah banyak, dengan permohonan agar wanita tsb meninggalkan kota ini, tidak bertemu dengan anaknya lagi, dan menggugurkan kandungannya. Uang tsb dapat digunakan untuk membiayai hidupnya di tempat lain.
Sang wanita menangis tersedu-sedu. Dalam hati kecilnya, ia sadar bahwa perbedaan status sosial yang sangat jauh, akan menimbulkan banyak kesulitan bagi kekasihnya. Akhirnya, ia setuju untuk meninggalkan kota tsb, tetapi menolak untuk menerima uang tsb. Ia mencintai sang pria, bukan uangnya. Walaupun ia sepenuhnya sadar, jalan hidupnya ke depan akan sangat sulit. Ibu sang pria kembali memohon kepada wanita tsb untuk meninggalkan sepucuk surat kepada mereka, yang menyatakan bahwa ia memilih berpisah dengan sang pria. Ibu sang pria kuatir anaknya akan terus mencari kekasihnya, dan tidak mau meneruskan usaha orang tuanya.
‘Walaupun ia kelak bukan suamimu, bukankah Anda ingin melihatnya sebagai seseorang yang berhasil? Ini adalah untuk kebaikan kalian berdua’, kata sang ibu.
Dengan berat hati, sang wanita menulis surat. Ia menjelaskan bahwa ia sudah memutuskan untuk pergi meninggalkan sang pria. Ia sadar bahwa keberadaannya hanya akan merugikan sang pria. Ia minta maaf karena telah melanggar janji setia mereka berdua, bahwa mereka akan selalu bersama dalam menghadapi penolakan2 akibat perbedaan status sosial mereka. Ia tidak kuat lagi menahan penderitaan ini, dan memutuskan untuk berpisah. Tetesan air mata sang wanita tampak membasahi surat tersebut.

Sang wanita yang malang tsb tampak tidak punya pilihan lain. Ia terjebak antara moral dan cintanya. Sang wanita segera meninggalkan kota itu, sendirian. Ia menuju sebuah desa yang lebih terpencil.. Disana, ia bertekad untuk melahirkan dan membesarkan anaknya.

Tiga tahun telah berlalu. Ternyata wanita tersebut telah menjadi seorang ibu. Anaknya seorang laki2. Sang ibu bekerja keras siang dan malam, untuk membiayai kehidupan mereka. Di pagi dan siang hari, ia bekerja di sebuah industri rumah tangga, malamnya, ia menyuci pakaian2 tetangga dan menyulam sesuai dengan pesanan pelanggan. Kebanyakan ia melakukan semua pekerjaan ini sambil menggendong anak di punggungnya. Walaupun ia cukup berpendidikan, ia menyadari bahwa pekerjaan lain tidak memungkinkan, karena ia harus berada di sisi anaknya setiap saat. Tetapi sang ibu tidakpernah mengeluh dengan pekerjaannya. 
Di usia tiga tahun, suatu saat, sang anak tiba2 sakit keras. Demamnya sangat tinggi. Ia segera dibawa ke rumah sakit setempat. Anak tsb harus menginap di rumah sakit selama beberapa hari.. Biaya pengobatan telah menguras habis seluruh tabungan dari hasil kerja kerasnya selama ini, dan itupun belum cukup. Ibu tsb akhirnya juga meminjam ke sana-sini, kepada siapapun yang bermurah hati untuk memberikan pinjaman.
Saat diperbolehkan pulang,sang dokter menyarankan untuk membuat sup ramuan, untuk mempercepat kesembuhan putranya. Ramuan tsb terdiri dari obat2 herbal dan daging sapi untuk dikukus bersama. Tetapi sang ibu hanya mampu membeli obat2 herbal tsb, ia tidak punya uang sepeserpun lagi untuk membeli daging. Untukmeminjam lagi, rasanya takmungkin, karena ia telah berutang kepada semua orang yang ia kenal, dan belum terbayar.
Ketika di rumah, sang ibu menangis. Ia tidak tahu harus berbuat apa, untuk mendapatkan daging. Toko daging di desa tsb telah menolak permintaannya, untuk bayar di akhir bulan saat gajian.
Ditengah tangisannya, ia tiba2 mendapatkan ide. Ia mencari alkohol yang ada di rumahnya, sebilah pisau dapur, dan sepotong kain. Setelah pisau dapur dibersihkan dengan alkohol, sang ibu nekad mengambil sekerat daging dari pahanya. Agar tidak membangunkan anaknya yang sedang tidur, ia mengikat mulutnya dengan sepotong kain. Darah berhamburan. Sang ibu tengah berjuang mengambil dagingnya sendiri, sambil berusaha tidak mengeluarkan suara kesakitan yang teramat sangat..
Hujan lebatpun turun. Lebatnya hujan menyebabkan rintihan kesakitan sang ibu tidak terdengar oleh para tetangga, terutama oleh anaknya sendiri.
Tampaknya langit juga tersentuh dengan pengorbanan yang sedang dilakukan oleh sang ibu ………… 


Enam tahun telah berlalu, anaknya tumbuh menjadi seorang anak yang tampan, cerdas, dan berbudi pekerti. Ia juga sangat sayang ibunya… Di hari minggu, mereka sering pergi ke taman di desa tersebut, bermain bersama, dan bersama2 menyanyikan lagu ‘Shi Sang Chi You Mama Hau’  (terjemahannya ‘Di Dunia ini, hanya ibu seorang yang baik’).
Sang anak juga sudah sekolah. Sang ibu sekarang bekerja sebagai penjaga toko, karena ia sudah bisa meninggalkan anaknya di siang hari. Hari2 mereka lewatkan dengan kebersamaan, penuh kebahagiaan. Sang anak terkadang memaksa ibunya, agar ia bisa membantu ibunya menyuci di malam hari. Ia tahu ibunya masih menyuci di malam hari,karena perlu tambahan biaya untuk sekolahnya. Ia memang seorang anak yang cerdas.
Ia juga tahu, bulan depan adalah hari ulang tahun ibunya. Ia berniat membelikan sebuah jam tangan, yang sangat didambakan ibunya selama ini. Ibunya pernah mencobanya di sebuah toko, tetapi segera menolak setelah pemilik toko menyebutkan harganya. Jam tangan itu sederhana, tidak terlalu mewah, tetapi bagi mereka, itu terlalu mahal. Masih banyak keperluan lain yang perlu dibiayai. Sang anak segera pergi ke toko tsb, yang tidak jauh dari rumahnya. Ia meminta kepada kakek pemilik toko agar menyimpan jam tangan tsb, karena ia akan membelinya bulan depan.
‘Apakah kamu punya uang?’ tanya sang pemilik toko.
‘Tidak sekarang, nanti saya akan punya’, kata sang anak dengan serius. Ternyata, bulan depan sang anak benar2 muncul untuk membeli jam tangan  tsb. Sang kakek juga terkejut, kiranya sang anak hanya main2.
Ketika menyerahkan uangnya, sang kakek bertanya:
‘Dari mana kamu mendapatkan uang itu? Bukan mencuri kan?’.
‘Saya tidak mencuri, kakek. Hari ini adalah hari ulang tahun ibuku. Saya biasanya naik becak pulang pergi ke sekolah. Selama sebulan ini, saya berjalan kaki saat pulang dari sekolah ke rumah, uang jajan dan uang becaknya saya simpan untuk beli jam ini. Kakiku sakit, tapi ini semua
untuk ibuku. O ya, jangan beritahu ibuku tentang hal ini. Ia akan marah’ kata sang anak.
Sang pemilik toko tampak kagum pada anak tsb.

Seperti biasanya, sang ibu pulang dari kerja di sore hari. Sang anak segera memberikan ucapan selamat pada ibu, dan menyerahkan jam tangan tsb. Sang ibu terkejut bercampur haru, ia bangga dengan anaknya. Jam tangan ini memang adalah impiannya. Tetapi sang ibu tiba2 tersadar, dari mana uang untuk membeli jam tsb. Sang anak tutup mulut, tidak mau menjawab.
‘Apakah kamu mencuri, Nak?’ Sang anak diam seribu bahasa,
ia tidak ingin ibu mengetahui bagaimana ia mengumpulkan uang tersebut. Setelah ditanya berkali2 tanpa jawaban, sang ibu menyimpulkan bahwa anaknya telah mencuri.
‘Walaupun kita miskin, kita tidak boleh mencuri. Bukankah ibu sudah mengajari kamu tentang hal ini?’ kata sang ibu.

Lalu ibu mengambil rotan dan mulai memukul anaknya. Biarpun ibu sayang  pada anaknya, ia harus mendidik anaknya sejak kecil. Sang anak menangis, begitupula air mata sang ibu mengalir keluar. Hatinya begitu perih, karena ia sedang memukul belahan hatinya. Tetapi ia harus melakukannya, demi kebaikan anaknya. Suara tangisan sang anak terdengar keluar. Para tetangga menuju kerumah tsb heran, dan kemudian prihatin setelah mengetahui kejadiannya.
‘Ia sebenarnya anak yang baik’, kata salah satu tetangganya.
Kebetulan sekali, sang pemilik toko sedang berkunjung ke rumah salah satu tetangganya yang merupakan familinya. Ketika ia keluar melihat ke rumah itu, ia segera mengenal anak itu. Ketika mengetahui persoalannya, ia segera menghampiri ibu itu untuk menjelaskan. Tetapi tiba2 sang anak berlari ke arah pemilik toko, memohon agar jangan menceritakan yang sebenarnya pada ibunya.

‘Nak, ketahuilah, anak yang baik tidak boleh berbohong, dan tidak boleh menyembunyikan sesuatu dari ibunya’.
Sang anak mengikuti nasehat kakek itu.
Maka kakek itu mulai menceritakan bagaimana sang anak tiba2 muncul di tokonya sebulan yang lalu, memintanya untuk menyimpan jam tangan tsb, dan sebulan kemudian akan membelinya. Anak itu muncul siang tadi di tokonya, katanya hari ini adalah hari ulang tahun ibunya. Ia juga menceritakan bagaimana sang anak berjalan kaki dari sekolahnya pulang ke rumah dan tidak jajan di sekolah selama sebulan ini, untuk mengumpulkan uang membeli jam tangan kesukaan ibunya.
Tampak sang kakek meneteskan air mata saat selesai menjelaskan hal tsb, begitu pula dengan tetangganya. Sang ibu segera memeluk anak kesayangannya, keduanya menangis dengan tersedu-sedu.
‘Maafkan saya, Nak.’
‘Tidak Bu, saya yang bersalah’…
Sementara itu, ternyata ayah dari sang anak sudah menikah, tetapi istrinya mandul. Mereka tidak punya anak. Sang ortu sangat sedih akan hal ini, karena tidak akan ada yang mewarisi usaha mereka kelak.

Ketika sang ibu dan anaknya berjalan2 ke kota, dalam sebuah kesempatan, mereka bertemu dengan sang ayah dan istrinya. Sang ayah baru menyadari> bahwa sebenarnya ia sudah punya anak dari darah dagingnya sendiri. Ia mengajak mereka berkunjung ke rumahnya, bersedia menanggung semua biaya hidup mereka, tetapi sang ibu menolak. Kami bisa hidup dengan baik tanpa bantuanmu.Berita ini segera diketahui oleh orang tua sang pria. Mereka begitu ingin melihat cucunya, tetapi sang ibu tidak mau mengizinkan.
pertengahan tahun, penyakit sang anak kembali kambuh. Dokter mengatakan bahwa penyakit sang anak butuh operasi dan perawatan yang konsisten. Kalau kambuh lagi, akan membahayakan jiwanya. Keuangan sang ibu sudah agak membaik, dibandingkan sebelumnya. Tetapi biaya medis tidaklah murah, ia tidak sanggup membiayainya. Sang ibu kembali berpikir keras. Tetapi ia tidak menemukan solusi yang tepat. Satu2nya jalan keluar adalah menyerahkan anaknya kepada sang ayah, karena sang ayahlah yang mampu membiayai perawatannya.
Maka di hari Minggu ini, sang ibu kembali mengajak anaknya berkeliling kota, bermain2 di taman kesukaan mereka. Mereka gembira sekali, menyanyikan lagu ‘Shi Sang Chi You Mama Hau’, lagu kesayangan mereka. Untuk sejenak, sang ibu melupakan semua penderitaannya, ia hanyut dalam kegembiraan bersama sang anak.
Sepulang kerumah, ibu menjelaskan keadaannya pada sang anak. Sang anak menolak untuk tinggal bersama ayahnya, karena ia hanya ingin dengan ibu. ‘Tetapi ibu tidak mampu membiayai perawatan kamu, Nak’ kata ibu.
‘Tidak apa2 Bu, saya tidak perlu dirawat. Saya sudah sehat, bila bisa bersama2 dengan ibu. Bila sudah besar nanti, saya akan cari banyak uang untuk biaya perawatan saya dan untuk ibu. Nanti, ibu tidak perlu bekerja lagi, Bu’, kata sang anak.

Tetapi ibu memaksa akan berkunjung ke rumah sang ayah keesokan harinya. Penyakitnya memang bisa kambuh setiap saat. Disana ia diperkenalkan dengan kakek dan neneknya. Keduanya sangat senang melihat anak imut tersebut. Ketika ibunya hendak pulang, sang anak meronta2 ingin ikut pulang dengan ibunya. Walaupun diberikan mainan kesukaan sang anak, yang tidak pernah ia peroleh saat bersama ibunya, sang anak menolak.
‘Saya ingin Ibu, saya tidak mau mainan itu’, teriak sang anak dengan nada yang polos.
Dengan hati sedih dan menangis, sang ibu berkata
‘Nak, kamu harus dengar nasehat ibu. Tinggallah di sini. Ayah, kakek dan nenek akan bermain bersamamu..’
‘Tidak, aku tidak mau mereka. Saya hanya mau ibu, saya sayang ibu, bukankah ibu juga sayang saya? Ibu sekarang tidak mau saya lagi’, sang anak mulai menangis.
Bujukan demi bujukan ibunya untuk tinggal di rumah besar tsb tidak didengarkan anak kecil tsb. Sang anak menangis tersedu2.

‘Kalau ibu sayang padaku, bawalah saya pergi, Bu’.
Sampai pada akhirnya, ibunya memaksa dengan mengatakan ‘Benar, ibu tidak sayang kamu lagi. Tinggallah disini’, ibunya segera lari keluar meninggalkan rumahtsb. Tampak anaknya meronta2 dengan ledakan tangis yang memilukan.

Di rumah, sang ibu kembali meratapi nasibnya. Tangisannya begitu menyayat hati, ia telah berpisah dengan anaknya. Ia tidak diperbolehkan menjenguk anaknya, tetapi mereka berjanji akan merawat anaknya dengan baik. Diantara isak tangisnya, ia tidak menemukan arti hidup ini lagi. Ia telah kehilangan satu2nya alasan untuk hidup, anaknya tercinta.
Kemudian ibu yang malang itu mengambil pisau dapur untuk memotong urat nadinya. Tetapi saat akan dilakukan, ia sadar bahwa anaknya mungkin tidak akan diperlakukan dengan baik. Tidak, ia harus hidup untuk mengetahui bahwa anaknya diperlakukan dengan baik. Segera, niat bunuh
diri itu dibatalkan, demi anaknya juga…….. 

Setahun berlalu. Sang ibu telah pindah ke tempat lain, mendapatkan kerja yang lebih baik lagi. Sang anak telah sehat, walaupun tetap menjalani perawatan medis secara rutin setiap bulan. Seperti biasa, sang anak ingat akan hari ulang tahun ibunya. Uang pun dapat ia peroleh dengan mudah, tanpa perlu bersusah payah mengumpulkannya. Maka, pada hari tsb, sepulang dari sekolah, ia tidak pulang ke rumah, ia segera naik bus menuju ke desa tempat tinggal ibunya, yang memakan waktu beberapa jam. Sang anak telah mempersiapkan setangkai bunga, sepucuk surat yang menyatakan ia setiap hari merindukan ibu, sebuah kartu ucapan selamat ulang tahun, dan nilai ujian yang sangat bagus. Ia akan memberikan semuanya untuk ibu.
Sang anak berlari riang gembira melewati gang-gang kecil menuju rumahnya. Tetapi ketika sampai di rumah, ia mendapati rumah ini telah kosong. Tetangga mengatakan ibunya telah pindah, dan tidak ada yang tahu kemana ibunya pergi. Sang anak tidak tahu harus berbuat apa, ia duduk di depan rumah tsb, menangis.
‘Ibu benar2 tidak menginginkan saya lagi’.
Sementara itu, keluarga sang ayah begitu cemas, ketika sang anak sudah terlambat pulang ke rumah selama lebih dari 3 jam. Guru sekolah mengatakan semuanya sudah pulang. Semua tempat sudah dicari, tetapi tidak ada kabar. Mereka panik. Sang ayah menelpon ibunya, yang juga sangat terkejut. Polisipun dihubungi untuk melaporkan anak hilang.

Ketika sang ibu sedang berpikir keras, tiba2 ia teringat sesuatu. Hari ini adalah hari ulang tahunnya. Ia terlalu sibuk sampai melupakannya. Anaknya mungkin pulang ke rumah. Maka sang ayah dan sang ibu segera naik mobil menuju rumah tsb. Sayangnya, mereka hanya menemukan kartu ulang tahun, setangkai bunga, nilai ujian yang bagus, dan sepucuk surat anaknya.
Sang ibu tidak mampu menahan tangisannya, saat membaca tulisan2 imut anaknya dalam surat itu. Hari mulai gelap. Mereka sibuk mencari di sekitar desa tsb, tanpa mendapatkan petunjuk apapun. Sang ibu semakin resah. Kemudian sang ibu membakar dupa, berlutut di hadapan altar Dewi Kwan Im, sambil menangis ia memohon agar bisa menemukan anaknya. Seperti mendapat petunjuk, sang ibu tiba2 ingat bahwa ia dan anaknya pernah pergi ke sebuah kuil Kwan Im di desa tsb. Ibunya pernah berkata, bahwa bila
kamu memerlukan pertolongan, mohonlah kepada Dewi Kwan Im yang welas asih. Dewi Kuan Im pasti akan menolongmu, jika niat kamu baik. Ibunya memprediksikan bahwa anaknya mungkin pergi ke kuil tsb untuk memohon agar bisa bertemu dengan dirinya.

Benar saja, ternyata sang anak berada di sana. Tetapi ia pingsan, demamnya tinggi sekali. Sang ayah segera menggendong anaknya untuk dilarikan ke rumah sakit. Saat menuruni tangga kuil, sang ibu terjatuh dari tangga, dan> berguling2 jatuh ke bawah……. … 
Sepuluh tahun sudah berlalu. Kini sang anak sudah memasuki bangku kuliah. Ia sering beradu mulut dengan ayah, mengenai persoalan ibunya. Sejak jatuh dari tangga, ibunya tidak pernah ditemukan. Sang anak telah banyak menghabiskan uang untuk mencari ibunya kemana2, tetapi hasilnya nihil.
Siang itu, seperti biasa sehabis kuliah, sang anak berjalan bersama dengan teman wanitanya. Mereka tampak serasi. Saat melaju dengan mobil, di persimpangan sebuah jalan, ia melihat seorang wanita tua yang sedang
mengemis. Ibu tsb terlihat kumuh, dan tampak memakai tongkat. Ia tidak> pernah melihat wanita itu sebelumnya. Wajahnya kumal, dan ia tampak berkomat-kamit. Di dorong rasa ingin tahu, ia menghentikan mobilnya, dan turun bersama pacar untuk menghampiri pengemis tua itu. Ternyata sang pengemis tua  sambil mengacungkan kaleng kosong untuk minta sedekah, ia berucap dengan lemah

‘Dimanakah anakku?
‘Apakah kalian melihat anakku?’
Sang anak merasa mengenal wanita tua itu. Tanpa disadari, ia segera menyanyikan lagu ‘Shi Sang Ci You Mama Hau’ dengan suara perlahan, tak disangka sang pengemis tua ikut menyanyikannya dengan suara lemah. Mereka berdua menyanyi bersama. Ia segera mengenal suara ibunya yang selalu menyanyikan lagu tsb saat ia kecil, sang anak segera memeluk pengemis tua itu dan berteriak dengan haru.
‘Ibu? Ini saya bu..’.
Sang pengemis tua itu terkejut, ia meraba2 muka sang anak, lalu bertanya, ‘Apakah kamu ??..(nama anak itu)?’
‘Benar bu, saya adalah anak ibu?’. Keduanya pun berpelukan dengan erat, air mata keduanya berbaur membasahi bumi ………… .

Karena jatuh dari tangga, sang ibu yang terbentur kepalanya menjadi hilang ingatan, tetapi ia setiap hari selama sepuluh tahun terus mencari anaknya, tanpa peduli dengan keadaaan dirinya. Sebagian orang menganggapnya sebagai orang gila.

Untuk kita renungkan bersama-sama:
Dalam kondisi kritis, Ibu kita akan melakukan apa saja demi kita.
Ibu bahkan rela mengorbankan nyawanya..

Simaklah penggalan doa keputusasaan berikut ini, di saat Ibu masih muda, ataupun disaat Ibu sudah tua :
1. “Anakku masih kecil, masa depannya masih panjang. Oh Tuhan, ambillah aku sebagai gantinya”.
2. “Aku sudah tua, Oh Tuhan, ambillah aku sebagai gantinya”.
Diantara orang2 disekeliling Anda, yang Anda kenal, Saudara/I kandung  Anda, diantara lebih dari 6 Milyar manusia, siapakah yang rela mengorbankan nyawanya untuk Anda, kapan pun, dimana pun, dengan cara apapun ………?

Tidak diragukan lagi ‘Ibu kita adalah Orang Yang Paling Mulia di dunia ini’
Ibu kita (termasuk Ayah juga..^^) adalah ‘Buddha Hidup’ yang senantiasa menerangi kita di dunia ini… Mereka senantiasa dan akan selalu memenuhi segala kebutuhan hidup kita (walaupun mungkin kita tidak memintanya)…

Terkadang mereka memarahi kita, tetapi perlu diketahui bahwa semuanya itu dilakukan demi kebaikan kita sebagai anaknya..
Ada sebuah kata bijak yang mengatakan bahwa: dari semua pahala kebajikan, BERBAKTI kepada orang tua adalah yang utama…
Walaupun mungkin kita di luar sana selalu menolong orang lain, menyumbang kiri kanan, bersikap manis terhadap orang lain, tetapi…
jikalau di rumah kita tidak tahu berbakti terhadap  kedua orang tua kita, maka kesemua pahala kebajikan yang kita lakukan di luar sana adalah suatu kepalsuan saja…
Teman2…, cobalah kita renungkan bersama…
Seekor kambing yang ingin menyusu kepada induknya, bukankah terlebih dahulu ia harus menekukkan kedua kaki depannya berlutut untuk menyusu…?
Seekor anak kambing pun tahu arti berbakti dan bersyukur, lalu bagaimana dengan kita sebagai seorang manusia, makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia..???

Malaikat Pelindung


Suatu ketika, ada seorang bayi yang siap untuk dilahirkan. Maka, ia bertanya kepada Tuhan. “Ya Tuhan, Engkau akan mengirimku ke bumi. Tapi, aku takut, aku masih sangat kecil dan tak berdaya. Siapakah nanti yang akan melindungiku disana?”. Tuhan pun menjawab. “Diantara semua malaikat-Ku, Aku akan memilih seorang yang khusus untukmu. Dia akan merawatmu dan mengasihimu.” Si kecil bertanya lagi, “Tapi, disini, di surga ini, aku tak berbuat apa-apa, kecuali tersenyum dan bernyanyi. Semua itu cukup membuatku bahagia.
Tuhanpun menjawab, “Tak apa, malaikatmu itu, akan selalu menyenandungkan lagu untukmu, dan dia akan membuatmu tersenyum setiap hari. Kamu akan merasakan cinta dan kasih sayang,dan itu semua pasti akan membuatmu bahagia.” Namun si kecil bertanya lagi, “Bagaimana aku bisa mengerti ucapan mereka, jika aku tak tahu bahasa yang mereka pakai? Tuhan pun menjawab, “Malaikatmu itu, akan membisikkanmu kata-kata yang paling indah, dia akan selalu sabar ada disampingmu, dan dengan kasihnya, dia akan mengajarkanmu berbicara dengan bahasa manusia.
” Si kecil bertanya lagi, “Lalu, bagaimana jika aku ingin berbicara padamu,ya Tuhan?” Tuhan pun kembali menjawab, “Malaikatmu itu, akan membimbingmu. Dia akan menengadahkan tangannya bersamamu,dan mengajarkanmu untuk berdoa.”.” Lagi-lagi, si kecil menyelidik, “Namun, aku mendengar, disana, ada banyak sekali orang jahat, siapakah nanti yang akan melindungiku? Tuhan pun menjawab, “Tenang, malaikatmu, akan terus melindungimu, walaupun nyawa yang menjadi taruhannya. Dia, sering akan melupakan kepentinganya sendiri untuk keselamatanmu.”
Namun, si kecil kini malah sedih, “Ya Tuhan, tentu aku akan sedih jika tak melihat-Mu lagi. Tuhan menjawab lagi, “Malaikatmu, akan selalu mengajarkanmu keagunganKu,dan dia akan mendidikmu, bagaimana agar selalu patuh dan taat pada-Ku. Dia akan selalu membimbingmu untuk selalu mengingat-Ku.  Walau begitu, Aku akan selalu ada disisimu.”
Hening. Kedamaianpun tetap menerpa surga. Namun, suara-suara panggilan dari bumi terdengar sayup-sayup. “Ya Tuhan,aku akan pergi sekarang,tolong sebutkan nama malaikat yang akan melindungiku….” Tuhan pun kembali menjawab. “Nama malaikatmu tak begitu penting.Kamu akan memanggilnya dengan sebutan: Ibu.

Ibu

Ketika aku sudah tua,aku bukan lagi aku yang semula. Mengertilah,bersabarlah sedikit terhadap aku.
Ketika pakaianku terciprat sup,ketika aku lupa bagaimana mengikat sepatu, ingatlah bagaimana dahulu aku mengajarmu.
Ketika aku berulang-ulang berkata-kata tentang sesuatu yang telah bosan kau dengar,bersabarlah mendengarkan,jangan memutus pembicaraanku. Ketika kau kecil, aku selalu harus mengulang cerita yang telah beribu-ribu kali kuceritakan agar kau tidur.
Ketika aku memerlukanmu untuk memandikanku,jangan marah padaku.Ingatkah sewaktu
kecil aku harus memakai segala cara untuk membujukmu mandi?
Ketika aku tak paham sedikitpun tentang teknologi dan hal-hal baru, jangan mengejekku. Pikirkan bagaimana dahulu aku begitu sabar menjawab setiap “mengapa” darimu.
Ketika aku tak dapat berjalan, ulurkan tanganmu yang masih kuat untuk memapahku. Seperti aku memapahmu saat kau belajar berjalan waktu masih kecil.
Ketika aku seketika melupakan pembicaraan kita,berilah aku waktu untuk mengingat. Sebenarnya bagiku, apa yang dibicarakan tidaklah penting, asalkan kau disamping mendengarkan, aku sudah sangat puas.
Ketika kau memandang aku yang mulai menua, janganlah berduka. Mengertilah aku, dukung aku, seperti aku menghadapimu ketika kamu mulai belajar menjalani kehidupan. Waktu itu aku memberi petunjuk bagaimana menjalani kehidupan ini, sekarang temani aku menjalankan sisa hidupku. Beri aku cintamu dan kesabaran, aku akan memberikan senyum penuh rasa syukur, dalam senyum ini terdapat cintaku yang tak terhingga
untukmu.
From Mom

Bakti Mengharukan Tuhan



Yu Shun adalah anak dari Gu Shou. Dia sangat berbakti sekali kepada orang tuanya. Ayahnya adalah seorang yang keras kepala dan tidak tahu sopan santun, sedangkan ibu tirinya adalah seorang yang tidak punya rasa kesetiaan dan sifat pegang janji. Adiknya bernama Xiang juga seorang yang sifatnya kasar dan keras kepala, sama sekali tidak menghormati abangnya. Shun selalu bertani di gunung Li Shan.
Saat ia bertani, ada gajah dengan memakai belalainya membantu Shun membajak sawah, juga ada burung dengan cakar kakinya yang runcing membantu Shun mencabuti rumput-rumputan. Sifat baktinya yang demikian tulus sampai membuat binatangpun terharu, akhirnya Raja Yao yang sedang memerintah saat itu mengetahui adanya Shun yang begitu berbakti, sang Raja lalu mengutus 9 orang lelaki untuk membantu Shun. Bahkan kedua anak gadisnya sendiri dikawinkan kepada Shun, saat Raja Yao tua, takhta kerajaanpun diserahkan kepada Shun

Pembeli Istimewa



images
By Konosuke Matsushita
Pada suatu hari, ketika Jepang belum semakmur sekarang, datanglah seorang peminta-minta ke sebuah toko kue yang mewah dan bergengsi untuk membeli manju (kue Jepang yang terbuat dari kacang hijau dan berisi selai). Bukan main terkejutnya si pelayan melihat pelanggan yang begitu jauh sederhana di tokonya yang mewah dan bergengsi itu. Karena itu dengan terburu-buru ia membungkus manju itu. Tapi belum lagi ia sempat menyerahkan manju itu kepada si pengemis, muncullah si pemilik toko berseru, “Tunggu, biarkan saya yang menyerahkannya”. Seraya berkata begitu, diserahkannya bungkusan itu kepada si pengemis.
Si pengemis memberikan pembayarannya. Sembari menerima pembayaran dari tangan si pengemis, ia membungkuk hormat dan berkata, “Terima kasih atas kunjungan anda”.kunjungan anda”. Setelah si pengemis berlalu, si pelayan bertanya pada si pemilik toko, “Mengapa harus anda sendiri yang menyerahkan kue itu? Anda sendiri belum pernah melakukan hal itu pada pelanggan mana pun. Selama ini saya dan kasirlah yang melayani pembeli”.
Si pemilik toko itu berkata, “Saya mengerti mengapa kau heran. Semestinya kita bergembira dan bersyukur atas kedatangan pelanggan istimewa tadi. Aku ingin langsung menyatakan terima kasih. Bukankah yang selalu datang adalah pelanggan biasa, namun kali ini lain.” “Mengapa lain,” tanya pelayan. “Hampir semua dari pelanggan kita adalah orang kaya. Bagi mereka, membeli kue di tempat kita sudah merupakan hal biasa. Tapi orang tadi pasti sudah begitu merindukan manju kita sehingga mungkin ia sudah berkorban demi mendapatkan manju itu. Saya tahu, manju itu sangat penting baginya. Karena itu saya memutuskan ia layak dilayani oleh pemilik toko sendiri. Itulah mengapa aku melayaninya”, demikian penjelasan sang pemilik toko.
Konosuke Matsushita, pemilik perusahaan Matsushita Electric yang terkemuka itu, menutup cerita tadi dengan renungan bahwa setiap pelanggan berhak mendapatkan penghargaan yang sama. Nilai seorang pelanggan bukanlah ditentukan oleh prestise pribadinya atau besarnya pesanan yang dilakukan. Seorang usahawan sejati mendapatkan sukacita dan di sinilah ia harus meletakkan nilainya.
(Dikutip dari artikel, Konosuke Matsushita, Food For Thought, dari buku Etos Bisnis dan Etika Manajemen)

sekantong kue

Seorang wanita sedang menunggu di bandara suatu malam. Masih ada beberapa jam sebelum jadwal terbangnya tiba. Untuk membuang waktu, ia membeli buku dan sekantong kue di toko bandara, lalu menemukan tempat untuk duduk. Sambil duduk wanita tersebut membaca buku yang baru saja dibelinya. Dalam keasyikannya tersebut ia melihat lelaki di sebelahnya dengan begitu berani mengambil satu atau dua dari kue yang berada diantara mereka. Wanita tersebut mencoba mengabaikan agar tidak terjadi keributan.
Ia membaca, mengunyah kue dan melihat jam. Sementara si Pencuri Kue yang pemberani menghabiskan persediaannya. Ia semakin kesal sementara menit-menit berlalu.
Wanita itu pun sempat berpikir :
(” Kalau saya bukan orang baik sudah saya tonjok dia !”).
Setiap ia mengambil satu kue, si lelaki juga mengambil satu. Ketika hanya satu kue tersisa, ia bertanya-tanya apa yang akan dilakukan lelaki itu. Dengan senyum tawa di wajahnya dan tawa gugup, si lelaki mengambil kue terakhir dan membaginya dua. Si lelaki menawarkan separo miliknya sementara ia makan yang separonya lagi.
Si wanita pun merebut kue itu dan berpikir :
(” Ya ampun, orang ini berani sekali “), dan ia juga kasar malah ia tidak kelihatan berterima kasih.
Belum pernah rasanya ia begitu kesal. Ia menghela napas lega saat penerbangannya diumumkan, dan ia mengumpulkan barang miliknya dan menuju pintu gerbang. Ia menolak untuk menoleh pada si ” Pencuri tak tahu terima kasih !”.  Ia naik pesawat dan duduk di kursinya, lalu mencari bukunya, yang hampir selesai dibacanya. Saat ia merogoh tasnya, ia menahan napas dengan kaget. Di situ ada kantong kuenya, di depan matanya. Koq kue milik saya ada di sini erangnya dengan patah hati. Jadi kue tadi adalah miliknya dan ia mencoba berbagi. Jadi kue tadi adalah miliknya dan ia mencoba berbagi. Terlambat untuk minta maaf, ia tersandar sedih.
Bahwa sesungguhnya dia-lah yang kasar, tak tahu terima kasih dan dia-lah pencuri kue itu. Dalam hidup ini kisah pencuri kue seperti tadi sering terjadi. Kita sering berprasangka dan melihat orang lain dengan kacamata kita sendiri, serta tak jarang kita berprasangka buruk terhadapnya.
Orang lainlah yang selalu salah, orang lain-lah yang patut disingkirkan, orang lain-lah yang tak tahu diri, orang lain-lah yang berdosa, orang lain-lah yang selalu bikin masalah, orang lain-lah yang pantas diberi pelajaran. Padahal kita sendiri yang mencuri kue tadi, padahal kita sendiri yang tidak tahu terima kasih.
Kita sering mempengaruhi, mengomentari, mencemooh pendapat, penilaian atau gagasan orang lain, sementara sebetulnya kita tidak tahu betul permasalahannya. Hendaknya orang terlebih dahulu mengembangkan diri sendiri dalam hal-hal yang patut, dan selanjutnya melatih orang lain. Orang bijaksana yang berbuat demikian tak akan dicela.
(DHAMMAPADA, syair 158)

hadiah ayah

Seorang pemuda sebentar lagi akan di-wisuda, sebentar lagi dia akan menjadi seorang sarjana, akhir jerih payahnya selama beberapa tahun di bangku pendidikan. Beberapa bulan yang lalu dia melewati sebuah showroom, dan saat itu dia jatuh cinta kepada sebuah mobil sport, keluaran terbaru dari Ford. Selama beberapa bulan dia selalu membayangkan, nanti pada saat wisuda ayahnya pasti akan membelikan mobil itu kepadanya. Dia yakin, karena dia anak satu-satunya dan ayahnya sangat sayang padanya, sehingga dia yakin banget nanti dia pasti akan mendapatkan mobil itu. Diapun berangan-angan mengendarai mobil itu, bersenang-senang dengan teman-temannya. Bahkan semua mimpinya itu dia ceritakan ke teman-temannya. Saatnya pun tiba, siang itu, setelah wisuda, dia melangkah pasti ke ayahnya. Sang ayah tersenyum, dan dengan berlinang air mata karena terharu dia mengungkapkan betapa dia bangga akan anaknya, dan betapa dia mencintai anaknya itu. Lalu dia pun mengeluarkan sebuah bingkisan… bukan sebuah kunci!!!  Dengan hati yang hancur sang anak menerima bingkisan itu, dan dengan sangat kecewa dia membukanya. Dan dibalik kertas kado itu ia menemukan sebuah Alkitab yang bersampulkan kulit asli, di kulit itu terukir indah namanya dengan tinta emas.
Pemuda itu menjadi marah, dengan suara yang meninggi dia berteriak, “Yaahh… Ayah memang sangat mencintai saya, dengan semua uang ayah, ayah belikan alkitab ini untukku?” Lalu dia membanting Alkitab itu dan lari meninggalkan ayahnya. Ayahnya tidak bisa berkata apa-apa, hatinya hancur, dia berdiri mematung ditonton beribu pasang mata yang hadir saat itu. Tahun demi tahun berlalu, sang anak telah menjadi seorang yang sukses, dengan bermodalkan otaknya yang cemerlang dia berhasil menjadi seorang yang terpandang. Dia mempunyai rumah yang besar dan mewah, dan dikelilingi istri yang cantik dan anak-anak yang cerdas.
Sementara itu ayahnya semakin tua dan tinggal sendiri. Sejak hari wisuda itu, anaknya pergi meninggalkan dia dan tak pernah menghubungi dia. Dia berharap suatu saat dapat bertemu anaknya itu, hanya untuk meyakinkan dia betapa kasihnya pada anak itu. Sang anak pun kadang rindu dan ingin bertemu dengan sang ayah, tapi mengingat apa yang terjadi pada hari wisudanya, dia menjadi sakit hati dan sangat mendendam.
Sampai suatu hari datang sebuah telegram dari kantor kejaksaan yang memberitakan bahwa ayahnya telah meninggal, dan sebelum ayahnya meninggal, dia mewariskan semua hartanya kepada anak satu-satunya itu. Sang anak disuruh menghadap Jaksa wilayah dan bersama-sama ke rumah ayahnya untuk mengurus semua harta peninggalannya.
Saat melangkah masuk kerumah itu, mendadak hatinya menjadi sangat sedih, mengingat semua kenangan semasa dia tinggal disitu. Dia merasa sangat menyesal telah bersikap jelek terhadap ayahnya  Dengan bayangan-bayangan masa lalu yang menari-nari di matanya, dia menelusuri semua barang di rumah itu. Dan ketika dia membuka brankas ayahnya, dia menemukan Alkitab itu, masih terbungkus dengan kertas yang sama beberapa tahun yang lalu.  Dengan airmata berlinang, dia lalu memungut Alkitab itu, dan mulai membuka halamannya.  Di halaman pertama Alkitab itu, dia membaca tulisan tangan ayahnya, “Dan kamu yang jahat tahu memberikan yang baik kepada anakmu, bagaimana Bapa-mu yang di sorga akan memberikan apa yang kamu minta kepada-Nya ?”  Selesai dia membaca tulisan itu, sesuatu jatuh dari bagian belakang Alkitab itu.
Dia memungutnya, …. sebuah kunci mobil!! Di gantungan kunci mobil itu tercetak nama dealer, sama dengan dealer mobil sport yang dulu dia idamkan ! Dia membuka halaman terakhir Alkitab itu, dan menemukan di situ terselip STNK dan surat-surat lainnya, namanya tercetak di situ. Dan sebuah kwitansi pembelian mobil, tanggalnya tepat sehari sebelum hari wisuda itu.
Dia berlari menuju garasi, dan di sana dia menemukan sebuah mobil yang berlapiskan debu selama bertahun-tahun, meskipun mobil itu sudah sangat kotor karena tidak disentuh bertahun-tahun, dia masih mengenal jelas mobil itu, mobil sport yang dia dambakan bertahun-tahun lalu. Dengan buru-buru dia menghapus debu pada jendela mobil dan melongok kedalam. Bagian dalam mobil itu masih baru, plastik membungkus jok mobil dan setirnya, di atas dashboardnya ada sebuah foto, foto ayahnya, sedang tersenyum bangga. Mendadak dia menjadi lemas, lalu terduduk di samping mobil itu, air matanya tidak terhentikan, mengalir terus mengiringi rasa menyesalnya yang tak mungkin diobati….. …
HOW MANY TIMES DO WE MISS GOD’S BLESSINGS BECAUSE WE CAN’T SEE PAST OUR OWN DESIRES???

obat sakit hati

Sakit hati dapat dialami siapa saja, di mana saja, dan kapan saja. Bila tidak diantisipasi dengan tepat dan cepat, bisa membuat suasana hati dan pikiran sumpek. Rasa sakitnya pun jadi berlarut-larut. Tips di bawah ini mudah-mudahan bisa membuat hati Anda yang lagi sumpek kembali lapang:
*Singkirkan dulu persoalan yang bikin sakit hati. Ingat saja hal-hal yang menyenangkan, semisal
prestasi atau keberhasilan-keberhasilan Anda selama ini.
*Pergilah ke tempat-tempat menyenangkan atau datangi orang-orang yang bersedia dijadikan
tempat curhat Anda.
*Bila masih ada yang mengganjal di hati, keluarkan unek-unek dengan melakukan monolog
mental di depan cermin atau menuliskannya di buku harian.
  1. *Menangislah bila perlu, atau menjerit di tempat sunyi. Bisa juga sekadar mengepalkan tinju
kuat-kuat, lalu memukulkannya ke udara kosong.
*Jika panas di hati mulai sedikit mereda, coba ingat-ingat kebaikan atau kelebihan orang yang
telah menyakiti hati Anda. Seburuk apa pun manusia, pasti ada kebaikannya.
*Pelan-pelan maafkan dan lupakan kejadian yang menyesakkan hati itu.
*Tanyakan pada diri sendiri, apakah kini Anda telah benar-benar dalam kondisi netral dan positif
untuk kembali menjalani hidup sehari-hari.
Semoga tips-tips diatas dapat bermanfaat bagi yang melakukannya.

Kisah Asal Usul Kipas Bulu Bangau Zhuge Liang



Zhuge Liang adalah ahli strategi militer dari negara Han pada zaman Tiga Negara (220-280 A.D.). Dia adalah ahli strategi yang paling cerdik dan terkenal dalam sejarah Tiongkok. Dia acapkali dilukiskan sedang memakai sebuah jubah dan memegang kipas yang terbuat dari bulu burung bangau. Ketika Zhuge Liang berumur 9 tahun, dia masih tidak dapat berbicara. Keluarganya sangat miskin. Ayahnya menyuruh dia menggembalakan domba di dekat sebuah bukit di sebuah gunung. Di atas gunung ada sebuah kuil Pendeta Tao dimana tinggal seorang Pendeta Tao tua dengan kepala penuh dengan uban. Setiap hari Pendeta Tao tersebut berjalan-jalan santai di luar kuil. Ketika ia berjumpa Zhuge Liang, dia mencoba berkomunikasi dengan anak laki-laki tersebut dengan menggunakan isyarat tangan. Zhuge Liang juga senang berkomunikasi dengan Pendeta Tao tersebut dengan isyarat tangan. Pendeta Tao itu menjadi sangat menyayangi Zhuge Liang yang pintar dan menawan itu. Dia mulai mengobati masalah kebisuan anak laki-laki itu. Tidak lama kemudian Zhuge Liang bisa berbicara!
Zhuge Liang sangat gembira ketika akhirnya dia bisa bicara. Dia pergi mendaki menuju ke kuil Pendeta Tao tersebut untuk mengucapkan terima kasih. Pendeta Tao tersebut memberitahukannya, Ketika kau pulang ke rumah, katakan pada orang tuamu bahwa saya mengangkatmu sebagai murid dan saya akan mengajari kamu membaca. Saya juga akan mengajarimu seni astronomi, geografi dan menerapkan teori Ying dan Yang di dalam strategi militer. Jika orang tuamu setuju, kamu harus hadir di sekolah setiap hari dan kamu tidak boleh membolos!
Sejak saat itu, Zhuge Liang menjadi murid Pendeta Tao tua tersebut. Hujan atau terang, Zhuge Liang akan mendaki gunung untuk menerima pelajarannya. Dia adalah seorang anak yang sangat pintar dan rajin yang sangat serius dalam pelajarannya. Dia juga mempunyai daya ingat yang sangat tajam. Pendeta Tao tersebut tidak pernah harus mengajari segala sesuatunya sampai dua kali. Dengan sendirinya Pendeta Tao tersebut menjadi semakin menyayanginya.
Delapan tahun berlalu dengan cepatnya dan Zhuge Liang menjadi seorang remaja. Suatu hari ketika Zhuge Liang seperti biasanya turun gunung, dia melewati sebuah biara yang telah ditinggalkan, terletak di tengah-tengah gunung. Tiba-tiba datang hembusan angin yang sangat kuat, diikuti dengan badai petir. Zhuge Liang tiada pilihan lain selain berlari masuk ke biara yang telah ditinggalkan itu untuk menghindari badai. Di sana ada seorang wanita muda yang belum pernah dijumpai keluar untuk bertemu dengannya. Dia memiliki sepasang mata yang besar dan alis yang tipis. Dia begitu cantiknya sampai-sampai Zhuge Liang hampir salah mengiranya adalah seorang dewi. Dia segera tertarik dengan wanita muda tersebut. Ketika badai berhenti, wanita cantik itu menemui dia di depan pintu dan berkata padanya dengan tersenyum, Karena sekarang kita sudah saling berjumpa. Kamu bebas untuk mampir dan menikmati secangkir teh kapanpun kau ingin beristirahat dalam perjalananmu turun atau naik ke gunung. Begitu Zhuge Liang berjalan keluar dari biara itu, dia merasa curiga. Mengapa saya tidak mengetahui ada orang yang tinggal di biara ini sebelumnya pikirnya.
Sejak hari itu, Zhuge Liang mulai sering mengunjungi biara tersebut. Setiap kali wanita cantik itu selalu menghiburnya dengan ramah tamah. Dia memasak makanan yang enak untuknya dan selalu membujuknya untuk tinggal lebih lama. Setelah makan malam mereka selalu berbincang-bincang dengan seru dan bermain catur. Dibandingkan dengan kuil Pendeta Tao, biara tersebut bagaikan surga. Selalu memikirkan wanita itu mengalihkan perhatiannya dari pendidikannya dan dia mulai kehilangan semangat untuk belajar. Dia semakin lama semakin kurang perhatiannya terhadap ajaran dari Pendeta Tao. Dia juga menjadi pelupa dan mengalami kesulitan dalam mempelajari buku pelajaran baru.
Pendeta Tao tua itu menemukan masalahnya. Suatu hari dia memanggil Zhuge Liang dan menarik napas panjang. Lebih mudah menghancurkan sebuah pohon daripada menanam sebuah pohon ujarnya.Saya telah menyia-nyiakan banyak tahun untuk kamu Zhuge Liang menundukan kepalanya karena malu dan berkata, Guru, saya tidak akan mengecewakan anda lagi atau menyia-nyiakan ajaran anda! Saya tidak mempercaimu,kata Pendeta Tao tua. Saya tahu kamu adalah seorang anak yang sangat cerdas, karena itu saya ingin mengobati penyakitmu dan memberimu sebuah pendidikan yang layak. Delapan tahun terakhir ini kamu telah sangat dalam pendidikanmu, jadi saya berpikir bahwa kerja keras untuk mendidikmu adalah pantas. Tetapi sekarang kamu melalaikan pendidikanmu. Bagaimanapun pandainya kamu, kamu tidak dapat kemana-mana jika kamu terus-menerus seperti ini! Sekarang kamu berjanji padaku untuk tidak akan pernah lagi mengecewakan aku. Bagaimana saya dapat mempercayai kata-katamu?
Pendeta Tao tua melanjutkan, Semua ada penyebabnya.Kemudian dia menunjuk ke sebatang pohon yang terbungkus oleh banyak tumbuhan merambat yang tebal di halaman. Lihat pohon itu,katanya. Mengapa kamu pikir pohon itu setengah hidup dan sedang berjuang dalam setiap pertumbuhannya? Tanaman merambat yang melilit pohon menghalangi pertumbuhannya!jawab Zhuge Liang.Tepat sekali! Pohon ini mengalami kesulitan untuk tumbuh di gunung cadas dengan tanah yang sedikit ini. Tetapi dia tetap tumbuh karena dia teguh untuk mengembangkan akar dan cabangnya. Dia tidak takut udara panas maupun dingin. Tetapi, ketika tanaman merambat membungkusnya, dia tidak dapat tumbuh lebih tinggi lagi. Lucukan bagaimana tanaman merambat yang lembut itu bisa mengalahkan pohon yang tinggi dan tegap itu!
Zhuge Liang sangat pintar, jadi dia segera memahami apa yang dimaksud oleh Gurunya. Dia bertanya, Guru, anda mengetahui kunjungan saya ke biara itu. Pendeta Tao tua berkata, Hidup di dekat air, seseorang akan mempelajari sifat alami ikan. Hidup di gunung, seseorang akan mempelajari bahasa burung. Saya telah mengamati kamu dan tingkah lakumu. Bagaimana mungkin hubungan asmaramu luput dari perhatianku?
Dia berhenti sebentar sebelum memberitahukan muridnya dengan tatapan yang serius, Biar kuberitahu kamu kebenaran mengenai wanita cantik itu. Dia bukan manusia. Dia adalah burung bangau dewa di surga. Dia telah diusir keluar dari istana langit sebagai hukuman karena telah mencuri dan memakan buah persik Ratu Langit. Dia datang ke dunia manusia dan menjelma menjadi seorang wanita cantik. Dia adalah bangau dewa yang telah rusak moralnya yang tahunya hanya mencari kesenangan. Kamu telah terpedaya oleh penampilannya, kamu telah menyia-nyiakan tidak hanya waktumu saja. Jika kamu membiarkan dirimu kehilangan kemauanmu, kamu akan kehilangan segalanya! Selain itu, jika kamu tidak menuruti kehendaknya, akhirnya dia akan menyakitimu.  Sampai waktu itu Zhuge Liang baru menyadari keseriusan dari petualangannya. Dengan cemas dia meminta gurunya cara mengatasinya.
Pendeta Tao tua berkata, Bangau dewa tersebut mempunyai kebiasaan pada tengah malam menjelma kembali ke bentuk semulanya dan terbang ke sungai langit untuk mandi. Ketika dia menjauhi biara, kamu harus masuk ke kamarnya dan bakar jubahnya. Dia mencuri jubah tersebut dari Istana Langit. Tanpa jubah, dia tidak akan dapat menjelma menjadi seorang wanita cantik. Zhuge Liang berjanji untuk mengikuti instruksi Gurunya. Sebelum ia pergi, Gurunya memberikan sebuah Pedang kayu dengan ukiran kepala naga di ujung atasnya. Dia memberitahu Zhuge Liang, Ketika bangau dewa tersebut mengetahui kebakaran di dalam biara, dia akan segera terbang kembali dari sungai langit. Dia akan menyadari bahwa kamu telah membakar jubahnya dan akan menyerang kamu. Ketika itu terjadi, kau harus memukulnya dengan pedang kayu ini! Sangatlah penting untuk kau ingat dan mengerjakan apa yang telah aku beritahukan kepadamu!
Tengah malam, diam-diam Zhuge Liang pergi ke biara tersebut. Dia membuka kamar wanita itu dan menemukan jubahnya di atas ranjang. Dia segera membakar jubah tersebut. Ketika bangau dewa sedang mandi di sungai langit, tiba-tiba dia merasa jantungnya sakit. Dia melihat ke arah biara dan melihat api. Dia segera terbang ke bawah dan melihat Zhuge Liang telah membakar jubahnya. Dia menghampiri Zhuge Liang dan berusaha menyerang matanya dengan paruh. Zhuge Liang mempunyai reflek yang cepat. Dia mengangkat pedang kayunya dan memukul jatuh bangau dewa. Kemudian dia menangkap ekor bangau itu. Bangau dewa itu memberontak dan berhasil meloloskan diri, tetapi dia kehilangan bulu ekornya pada Zhuge Liang.Dia menjadi seekor bangau dengan ekor botak. Dia menjadi malu dengan penampilannya, sehingga dia berhenti mandi di sungai langit. Dia juga tidak berani memasuki Istana Langit untuk mencuri jubah lagi, jadi dia tidak punya pilihan lain selain tetap tinggal di dunia manusia selamanya dan hidup diantara bangau biasa. Untuk mengingatkan dirinya sendiri akan pelajaran ini, Zhuge Liang menyimpan bulu ekor bangau itu. Sejak hari itu, Zhuge Liang menjadi semakin rajin. Dia akan menghafal semua yang diajarkan oleh Gurunya dan semua buku pelajaran. Dia benar-benar menyerap apa yang telah dipelajarinya dan dapat menerapkannya dengan mudah. Setahun telah lewat. Tepat pada hari ia membakar jubah bangau dewa setahun yang lalu, pendeta Tao tua memberitahukannya dengan sebuah senyuman lebar, Muridku, kau telah belajar dibawah pengawasanku selama sembilan tahun. Saya telah mengajarimu semua yang harus kau pelajari dan kamu telah mempelajari semua buku pelajaran di sini. Ada sebuah pepatah, Guru membawamu ke pintu masuk, dan terserah padamu untuk berlatih kultivasi.Sekarang kamu berusia 18 tahun. Sudah saatnya kamu meninggalkan rumah dan mengembangkan karirmu!
Ketika Zhuge Liang mendengar bahwa ia telah menyelesaikan pendidikannya, dia memohon gurunya untuk mengajarinya lagi. Guru! Semakin banyak saya belajar, saya merasa semakin rendah hati. Saya merasa masih banyak yang harus saya pelajari dari anda!
Pendidikan sejati berasal dari kehidupan nyata. Kau harus belajar menerapkan pengetahuanmu didalam kehidupan dan merancang pemecahan yang berbeda untuk situasi yang berbeda! Sebagi contoh, kau telah belajar sebuah pelajaran yang penting dari kunjunganmu dengan bangau dewa bahwa seseorang tidak seharusnya tergoda oleh nafsu atau perasaan. Ini adalah pelajaran berguna yang diperoleh dari pengalaman nyata. Dengan hal itu didalam pikiran, kamu tidak akan dibuat binggung oleh permukaan maya dari dunia ini. Berhati-hatilah dalam setiap tindakanmu. Kamu harus melihat segalanya dalam bentuk sejatinya. Ini adalah nasihat perpisahan saya kepadamu! Saya akan meninggalkanmu hari ini.Guru, kemana Anda akan pergi?dengan heran Zhuge Liang bertanya,dimana saya dapat menemuimu atau mengunjungimu di kemudian hari? Saya akan keliling dunia dan tidak akan menetap lagi.
Tiba-tiba Zhuge Liang merasakan air mata yang hangat menetes dari matanya. Dia berkata, Guru! Sebelum anda pergi, anda harus memberikan aku kesempatan untuk bersujud kepada anda dan berterima kasih kepada anda atas pendidikan yang anda berikan padaku! Kemudian  Zhuge Liang bersujud kepada Gurunya. Ketika dia berdiri, Pendeta Tao tersebut telah menghilang. Pendeta Tao itu meninggalkannya sebuah jubah dengan gambar patkwa. Zhuge Liang sering memikirkan Gurunya; karena itu, ia sering memakai jubah dengan gambar patkwa sebab memberikannya perasaan bahwa Gurunya berada di sampingnya. Zhuge Liang tidak pernah lupa nasihat Gurunya, terutama nasihat perpisahannya. Dia membuat kipas dari bulu ekor bangau dewa untuk mengingatkan dirinya sendiri untuk sangat berhati-hati seumur hidupnya. Ini adalah cerita dibalik kipas bulu terkenal yang dibawa oleh Zhuge Liang.